Mohon tunggu...
M Arifin Pelawi
M Arifin Pelawi Mohon Tunggu... Akuntan - PNS

Mahasiswa PhD yang dibiayai LPDP

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hubungan Pemujaan atas Nilai Anak dan Keturunan Monyet

23 November 2020   10:09 Diperbarui: 23 November 2020   10:22 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan kata lain banyak orang tua di indonesia sebenarnya setuju dengan teori social darwinism serta neoliberal. Penolakan yang terjadi atas teori neoliberal mengundang tanda tanya. 

Apakah karena neoliberalnya atau ketidak-relaan bayar uang sekolah tanpa bantuan pemerintah karena dianggap anaknya adalah pemenang persaingan maka wajib mendapat sumber daya terbesar?

Pada sisi lain, nilai itu sendiri seharusnya sebagai gambaran tingkat ilmu yang dikuasai anak. Bimbingan tes dengan persiapan anak menjawab soal menurut banyak ahli pendidikan adalah kecurangan. 

Curang dalam arti kata si anak bukan diajari ilmunya di bimbingan tes tetapi bagaimana mengalahkan tes dengan  memberikan banyak materi berupa soal apa yang sering keluar an bagaimana menajwab soal tersebut. 

Sehingga nilai yang dimiliki anak bukan menunjukkan pengetahuan atas ilmu itu sendiri tapi kemampuan menguasai menjawab pertanyaan. Obsesi ditujukan kepada alat bantu yaitu nilai bukan kepada tujuan utama belajar yaitu penguasaan pola pikir yang diharapkan dari pengetahuan atas suatu ilmu.   

Darwinisme Sosial berpendapat bahwa yang kuat melihat kekayaan dan kekuasaan mereka meningkat sementara yang lemah melihat kekayaan dan kekuasaan mereka menurun dan wajar dalam persaingan berdasarkan hukum alam si kuat menghancurkan si lemah. 

Sementara neoliberal menyatakan bahwa persaingan dibutuhkan untuk mendapatkan yang terbaik berhak memperoleh lebih banyak sumber daya yang terbatas serta kepunahan yang kalah dalam persaingan. 

Tidak ada keadilan sosial bahwa yang lebih lemah selayaknya dibantu sehingga mereka bisa hidup layak dan mampu bertahan hidup. Pada sisi ini bolehkan saya bertanya apakah sebagai umat manusia Indonesia yang beragama kita percaya bahwa kita berasal dari monyet yang berkembang karena mampu menjadi mahluk terkuat karena berhasil mengalahkan dan menghancurkan banyak mahluk lain atau sebagai agen dari sang pencipta di bumi untuk menjaga alam buatannya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun