Merdeka belajar episode 6 baru dikeluarkan oleh pemerintah. Salah satu kebijakan utama adalah transformasi pendanaan pendidikan tinggi. Kebijakan ini cukup menarik dan menjanjikan pengembangan perguruan tinggi yang lebih baik.Â
Namun seperti yang diungkapkan oleh Professor Jamal, rektor UNS pada bincang sore oleh Kemendikbud, akan baik terutama bagi perguruan tinggi yang elit.Â
Hal ini sangat relevan karena berdasarkan beberapa penelitian bahwa performance based pengalokasian dana akan hanya dinikmati oleh sebagian kecil universitas elite yang telah memiliki modal dasar berupa SDM yang lebih kuat, modal dana yang besar, mahasiswa pilihan dan jaringan alumni yang berpengaruh.
Hal ini menjadi tidak relevan jika disebutkan bahwa kebijakan ini bisa menigkatkan mutu pendidikan secara luas. Peningkatan mutu akan terjadi tapi hanya pada sebagian kecil universitas yang bisa bersaing berebut dana tersebut.Â
Sebagian besar mahasiswa tidak akan merasakan sedikitpun efek dari kebijakan ini. Tidak banyak universitas swasta yang menampung sebagian besar mahasiswa di indonesia serta universitas negeri kecil dan menengah akan mampu memenuhi indikator kinerja utama (IKU) yang ditetapkan Kemendikbud.
Terutama pada mahasiswa di universitas swasta kecil. Professor Jamal menyebutkan bahwa dana rata-rata yang dikeluarkan per mahasiswa di Indonesia adalah sebesar 28 juta rupiah.Â
Sementara kita ketahui banyak universitas kecil bahkan hanya mengenakan biaya di bawah 5 juta per semester. Dan perguruan tinggi swasta ini hampir tidak mendapatkan bantuan apapun dari negara. Sehingga dana pengajarannya di bawah 10 juta per tahun. Sangat jauh di bawah rata-rata.
Masalah besar utama pada data dari BPS akan terlihat bahwa jumlah pengangguran tenaga dengan pendidikan D3 dan S1 sangat tinggi dan cenderung ada peningkatannya.Â
Mahasiswa-mahasiswa ini ada kemungkinan besar akan berasal dari lulusan universitas kecil tersebut di atas. Pada sisi ini akan terlihat bahwa mereka tidak akan tersentuh padahal mereka dan mahasiswa yang berpartisipasi di universitas kecil ini adalah yang paling membutuhkan bantuan.Â
Namun, memang mereka hanyalah orang kecil yang tidak memiliki suara untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah dengan hampir tidak adanya lulusan mereka pada pembuat kebijakan. Hal yang beda dengan lulusan universitas top yang hampir mendominasi para pembuat kebijakan.
Peningkatan pengangguran dari lulusan perguruan tinggi sendiri sudah diprediksi oleh World Bank dan ADB. Di dokumen mereka pada 2014, Indonesia's Higher Education System: How Responsive is it to the Labor Market?Â