Mohon tunggu...
M Gladys Purwanto
M Gladys Purwanto Mohon Tunggu... Dokter - FK UI 2019

Hi, nice to meet you. I'm a new medical student in Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Esai Isu Kedokteran: Bayi Tabung

19 Agustus 2019   19:35 Diperbarui: 19 April 2021   11:01 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fertilisasi in vitro atau In Vitro Fertilization (IVF), atau yang sering disebut bayi tabung, telah menarik perhatian publik sejak ditemukannya teknologi tersebut pada tahun 1978. 

Lebih dari 2 juta anak hasil fertilisasi in vitro telah dilahirkan hingga saat ini dan besar kemungkinan pengembangan yang berkelanjutan akan menambah daya tarik dan kemudahan penerapannya [1].

Fertilisasi in vitro atau bayi tabung adalah serangkaian prosedur kompleks yang digunakan untuk menangani masalah kesuburan atau mencegah masalah genetik dan membantu mencapai kehamilan. 

Selama proses IVF, ovum matang diambil dari ovarium dan dibuahi oleh sperma di laboratorium. Kemudian sel telur yang telah dibuahi, yakni embrio, dipindahkan ke rahim. IVF adalah bentuk teknologi reproduksi terbantu yang paling efektif [2].

Siapa yang memerlukan bayi tabung? Sebenarnya bayi tabung bukanlah satu-satunya solusi untuk orang yang mengalami masalah infertilitas dan masalah genetik. Ada pilihan lainnya seperti menggunakan obat kesuburan. Namun, ada beberapa kondisi yang menjadi alasan mengapa seseorang memilih fertilisasi in vitro. 

Beberapa alasan tersebut adalah kondisi kesehatan di mana orang tersebut pernah menderita penyakit yang menurunkan kesuburan, kelainan genetik, penyebab infertilitas yang belum ditemukan, kualitas sperma yang rendah, tersumbatnya saluran reproduksi pria, ligasi tuba (saluran ovum tersumbat), endometriosis (kondisi abnormal ketika jaringan pembentuk lapisan dalam dinding rahim tumbuh di luar rahim yang seringkali terasa sakit [3]), dan ovarium prematur [4].

Teknologi bayi tabung cukup banyak menuai pro dan kontra. Bagi pasangan yang tidak bisa memiliki anak, teknologi bayi tabung adalah suatu alternatif dan jalan keluar untuk bisa memperoleh keturunan1. Namun, di sisi lain, teknologi ini cukup menimbulkan perdebatan dalam hal etika dan moral. 

Dampak positif dari teknologi bayi tabung di antaranya adalah memberi harapan kepada pasangan suami istri yang lambat mempunyai anak atau mandul akibat kelainan organ reproduksi.

Dampak negatif dari teknologi bayi tabung di antaranya adalah terjadinya stimulasi indung telur yang berlebihan sehingga bisa menyebabkan beberapa keluhan, seperti kembung mual, dan muntah, meningkatnya risiko kehamilan kembar lebih dari dua anak meningkat karena banyaknya embrio yang dihasilkan dari proses fertilisasi in vitro, dan bermacam-macam risiko lain yang dapat timbul, seperti biaya yang dikeluarkan, kelelahan fisik, dan tekanan emosional [5].

Selain itu, kekhawatiran lain adalah pengguna IVF akan menyaring sifat tertentu dengan menggunakan diagnosis genetik praimplantasi atau Preimplantation Genetic Diagnosis (PGD) [6]. 

Konsep yang mengubah gen ini telah menciptakan konsep desainer bayi. Saat ini, PGD dapat mengubah beberapa atribut fisik dan kesehatan. Hal ini dapat menjadi proyeksi kekuatan masa depan. Namun, PGD yang mampu menciptakan manusia yang ideal telah menimbulkan banyak masalah etika. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun