Mohon tunggu...
Marieta Sahertyan
Marieta Sahertyan Mohon Tunggu... Guru - Pendeta SINODE GMIT

Pendeta SINODE GMIT

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Memoria Passionis PMI Asal NTT

10 November 2019   20:25 Diperbarui: 10 November 2019   20:58 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapakah yang bertanggung jawab untuk peristiwa ironis ini? Pemerintah? Pimpinan agama? Pimpinan adat? Keluarga? Orang itu sendiri??  atau   jangan jangan TUHAN? Semoga kita masih memiliki kepekaan untuk mengkritisi laju jenazah jenazah PMI yang pulang dengan batas usia muda dan produktif. Bagiku persoalan ini bukan sekedar persoalan sesuap nasi ini adalah persoalan kebangsaan yang adil dan beradab persoalan martabat beriman.

Kematian demi kematian setiap pekerja Migran Indonesia asal NTT adalah kegagagal negara memberikan kepastian hidup bagi warganya.

Memberi rasa yang adil dengan memastikan para PMI mendapatkan kepastian hukum dari kasus yang mereka alami, memastikan sanak saudaranya tetap berani hidup di pedesaan tanpa berbondong menjadi pekerja migran ikutan, memudahkan pengurusan administrasi dalam persoalan upah yang tidak dibayar, masuk kedalam strukur ekonomi sosial dan budayanya hingga mampu mengintervensi secara bijak dan paling akhir mampu bekerja lintas instansi melampaui struktur birokratis procedural yang kaku dalam mengurus manusia manusia Pekerja Migran yang rentan bahkan yang datang dalam peti mati.

Kematian satu orang warga negara saja adalah duka bagi negara bangsa. Jumlah di dalam hitungan teks harus mampu membangkitkan solidaritas sesama manusia untuk bergerak merubah, mengubah dan memberi diri bagi pengentasan perdagangan orang yang hampir seumur peradaban manusia.

Berduka bersama keluarga anak anak bangsa Indonesia. Anak anak bangsa di Nusa Tenggara Timur. Nusa, Laut, Air dan Hutan pusaka warisan bagi kita untuk tetap hidup, jangan mau diperbudak di tanah orang. SELAMAT MEMPERINGATI HARI PAHLAWAN INDONESIA 10 November 2019.

Tangis Keluarga Pecah (Foto: Jaringan Solidaritas Anti Perdagangan Orang NTT)
Tangis Keluarga Pecah (Foto: Jaringan Solidaritas Anti Perdagangan Orang NTT)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun