Sebagian besar massa itu terprovokasi untuk berbalik menghujatNya dan menuntut kematianNya. Â Memang tidak mudah membongkar keyakinan akan kemapanan sebagai sebuah kebenaran absolut dan tak perlu diganggu gugat, meskipun telah melanggengkan kekuasaan yang lalim.
Pontius Pilatus merupakan lambang dari tokoh penguasa yang tidak memiliki keberanian untuk berpihak pada keadilan dan kebenaran bahkan menghindar dan membiarkan kejahatan kemanusiaan oleh massa terjadi. Impunitas penguasa baik politik dan agama ini telah melahirkan politik 'ketakutan' yang ujungnya berdampak pada rakyat yang lugu secara hukum dan keimanan untuk saling memangsa. Pada titik ini Yesus disalibkan sebagai 'korban' atau tumbal kelaliman manusia.
Secara teologis diimani dalam pengakuan iman kristiani sebagai "Anak Domba" Paskah yang berkorban bagi keselamatan dunia ini. Yesus tidak saja mati karena kekejaman ini namun Dia kemudian bangkit dan memberi tugas kepada para muridNya untuk berjuang meneruskan perjuangan ini. Ia menyadari bahwa kondisi ini akan berulang terjadi.
Para murid diberi kekuatan untuk berani menyatakan keadilan dan kebenaran, suatu karya kerasulan ilahi yang harus diperjuangkan di dunia ciptaan Allah ini. Dia berkata bahwa 'orang miskin' akan selalu berada bersamamu.Â
Ia menyadari bahwa 'modus' impunitas penguasa yang melahirkan 'politik ketakutan' rakyat kecil lagi lugu akan selalu ada dan memiskinkan mereka secara holistik, ketika  agama dan politik bersekongkol untuk melanggengkan kekuasaan yang lalim dan kejahatan kemanusiaan akan tetap ada dalam wajah yang bervariasi sesuai konteks dan zamannya.
Selamat merenungkan Hari Raya Paskah. Mari kita melakukan karya kerasulan Allah untuk Keadilan, Pendamaian dan Keutuhan Ciptaan Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H