Mohon tunggu...
Marieta Sahertyan
Marieta Sahertyan Mohon Tunggu... Guru - Pendeta SINODE GMIT

Pendeta SINODE GMIT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ritual Kargo Bandara, Minyak Goreng, dan Penolong Rumah Tangga

5 Februari 2019   00:51 Diperbarui: 5 Februari 2019   22:14 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak yang mengalami gangguan kesehatan akut hingga meninggal tanpa mendapat pelayanan kesehatan yang baik. Mereka bekerja dalam keadaan terancam ditangkap, disiksa, dan repatriasi paksa, karena dianggap illegal.

Pilihan Mematikan
Sebagai tulang punggung  keluarga karena tidak ada pilihan lain. Sebuah pilihan hidup untuk pergi secara terpaksa lalu menjadi pekerja paksa.

Fakta buram ini adalah indikasi dari sebuah eksploitasi tenaga manusia dalam  perbudakan modern dengan wajah perdagangan manusia. Para pekerja direkrut oleh para mafia tamak yang mendagangkan jasa korban dengan upah rendah dan hak yang tidak memadai.

Kisah miris ini membuat saya selalu sensitif bila melihat di  toko toko modern seperti supermarket terpampang minyak goreng dengan bahan dasar kelapa sawit berbagai merk terkenal.

Minyak lezat pilihan masyarakat untuk memasak dan membuat masakan lezat bagi keluarga sejahtera juga untuk pesta dan perayaan pengucapan syukur penuh euforik. 

Mobil-mobil yang menggunakan bahan bakar biofuel untuk melancarkan perjalanan sebagai kebanggaan  hidup modern dan kemajuan industri, lambang kesejahteraan dan kekayaan yang menguntungkan anda dan saya. 

Dibalik kemasan minyak goreng dan bahan bakar minyak itu menggelantung nyawa sebagian anak NTT yang menggadai hidupnya untuk keluarga dan masyarakatnya.

Mungkin agak naif dan ekstrim bila saya katakan bahwa ketika saya menggoreng kue, menumis makanan lezat dengan minyak yang bahan dasarnya kelapa sawit ada rasa nyeri di hati. Seolah saya sedang menggoreng nyawa anak anak muda produktif yang telah mati muda di perkebunan Sawit itu.

Tulisan ini saya buat sebagai refleksi pelayanan kami dalam penyambutan jenazah para pekerja migran yang dipulangkan ke kampung halaman melalui kargo bandara El Tari Kupang. Pelayanan yang mengajar kami untuk berada bersama perjuangan panjang keluarga keluarga dukacita. Perjuangan yang hanya bisa dipahami oleh mereka sendiri.

Dari sini kami belajar memahami fakta tentang kebutuhan mereka paling asasi. Bagaimana cara bermartabat untuk menjalin kekuatan dan spirit dengan elemen karya kepedulian dari mereka yang memiliki hati tulus untuk tidak lelah memasuki lembah pergumulan ini, yang tidak jenuh  tanpa henti untuk ikut bersama mereka untuk bertanya kepada negara dan pemangku kekuasaan, masihkah ada keadilan dan kebenaran di negeri ini?

Kami akan terus berjalan bersama keluarga dan masyarakat korban. Karena pelayanan di Kargo merupakan salah satu mata rantai ziarah kemanusiaan yang berpusat pada hati nurani. Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan program semata yang dibuat di mana mereka menjadi obyek dari nama baik dan lembaga kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun