Rata-rata penyebab kematian mereka adalah karena septic shock, masalah jantung dan paru, KP/kurang gizi, TBC, bunuh diri, terakhir ada yang meninggal karena kanker/leukemia dan kecelakaan perahu motor untuk menghindari persekusi dan rahazia aparat. Mereka berumur antara 18-45 tahun. Bahkan ada pekerja anak berumur 13 tahun.
Kisah keluarga yg menjemput di kargo sungguh miris. Masyarakat dari mana asal para PMI, ketat bergulat dengan kondisi sosial ekonominya. Menurut mereka ada anggota keluarga dan kerabat di kampung yang masih di negeri Jiran berada dalam situasi terancam.
Persoalan rumit ini tak bisa diselesaikan dengan analisis apapun dan diberantas dengan kebijakan apapun kecuali bersama masyarakat rentan ini menemukan jalan yang lebih baik dari pilihan keterancaman mereka.Â
Penanganan  melalui strategi pencegahan dan penanggulangan secara holistik berbagai akar masalah yang menjadi "daya dorong" untuk meninggalkan kampung halaman perlu secara masif seperti:
- Reformasi agraria untuk lahan-lahan produktif masyarakat yang menyempit karena ketidak adilan agraria,
- Pengembangan kesejahteraan desa dengan partisipasi aktif orang muda usia produktif,
- Penggunaan dana desa sesuai kebutuhan desa secara proporsional,
- Pengembangan pendidikan keterampilan untuk penanganan mereka yang putus sekolah melalui pengembangan BLK di tingkat basis masyarakat,
- Pengembangan kapasitas  ketahanan perangkat aparat tingkat pedesaan dan kelompok masyararakat basis potensial seperti lembaga agama dan adat untuk perlawanan terhadap mafia TPPO baik secara ideologi maupun penanganan praksis,
- Pengorganisasian para penyintas dan reintegrasi sosial para korban  bekerja sama dengan kelompok agama dan adat di tingkat basis.Â
Penting sekali penanganan jaringan elit di tingkat nasional dan antarnegara karena perekrutan domestik antardaerah serta antarnegara merupakan jalinan jaringan yang kuat yang memerlukan komitmen politik dan hati nurani para elit pimpinan negara untuk memerangi kejahatan "extraordinary" ini secara taktis dan strategis.
Kedua, Para pekerja kasar perkebunan sawit bekerja melewati batas tenaga dan waktu. Perkebunan kelapa sawit merupakan investasi megabisnis yang mendatangkan keuntungan besar bagi korporasi pengelolanya.Â
Industri Sawit memberi masukan modal cukup menjanjikan bagi negara tempat perkebunan sawit dikembangkan (meskipun belakangan ini mulai mengalami pergumulan). Berabad lamanya material dasar minyak kelapa sawit menjadi bahan baku utama minyak goreng dan bahan bakar biofuel untuk kendaraan dan mesin, juga kosmetik.
Industri kelapa sawit yang padat karya dan memanfaatkan tenaga buruh ini selalu mengalami pergumulan  untuk memenuhi hak-hak yang pantas bagi para pekerja terutama mereka yang bergiat langsung dengan pekerjaan di perkebunan yang berat dan berisiko tinggi.Â
Data yang kami dapat dalam pelayanan kargo dan BP3TKI memperlihatkan tentang  penyebab kematian para PMI perkebunan sawit negara jiran antara lain karena sakit paru, lever, dipagut ular piton, gagal jantung, kecelakaan kerja, serta penyakit menular mematikan.
Para PMI ini bekerja sebagai buruh kasar dengan upah pas-pasan. Sebagian besar tidak berdokumen lengkap karena itu upahnya dan jaminan sosial tidak memadai dibandingkan  kerja berat yang dilkukannya.