"Weissss, Barcelona yaa..."
Saya juga menyodorkan kliping sepakbola yang saya buat tahun 2013 lalu. Ia melihatnya sebentar, lalu membubuhkan tanda tangannya lagi.
"Mau foto, ya?"
Lalu saya dan Mahfud foto bersama. Saya senang bukan kepalang. Pengejaran selesai.
***
Bagi Anda, ini mungkin pengalaman yang biasa saja, atau saya yang berlebihan.
Para pekerja proyek jalan di depan rumahnya di Lamongan barangkali mengatai Mahfud seorang pengangguran saat melihatnya duduk di depan laptop ketika tetangganya yang lain sibuk bekerja, atau om-om di depan Silvya tanpa tahu menawarinya ojek ketika melihatnya keluar dari pintu hotel, atau beberapa kawan yang menjadi panitia FWF 2023 merasa biasa saja ketika Mahfud selama tiga hari berada di tengah mereka.
Saya hanya mau bilang, seseorang akan menjadi istimewa ketika ia menjadi inspirasi (menjadi idola adalah bonus). Mahfud istimewa. Mahfud adalah inspirasi dan idola.
"Sepakbola membutuhkan Flores!" Begitu tulisnya, disertai tanda tangannya pada buku dan kliping saya. Untuk saya, sepotong kalimat itu telah merangkum keseluruhan kesan saya atas perjumpaan dengan Mahfud. Mahfud itu jujur, percaya diri, dan optimis.
"Penulis itu pengecut, dan saya ini pengecut karena hanya menulis", "Saya selalu percaya bahwa teman-teman di Indonesia Timur memiliki bakat sepakbola yang luar biasa", begitu katanya. Mahfud adalah paket komplit yang langka. Ia novelis, cerpenis, esais, penulis dan pengamat sepakbola.