Mohon tunggu...
Mariemon Simon Setiawan
Mariemon Simon Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Silentio Stampa!

Orang Maumere yang suka makan, sastra, musik, dan sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Lima "Sajian" Sepak Bola Maret 2021 (Bagian II)

4 April 2021   23:12 Diperbarui: 4 April 2021   23:17 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapten timnas Portugal, Cristiano Ronaldo, terlihat kecewa ketika golnya dianulir oleh wasit dalam pertandingan melawan Serbia. (Sumber: radarbogor)

Maret 2021 telah usai, dan jeda internasional baru saja selesai. Liga-liga top Eropa kembali bergulir, dan UEFA Champions League (UCL) anthem siap-siap mengisi ruang dengar. Sebelum benar-benar menikmati sajian sepakbola selama bulan April nanti, mari kita nikmati lima 'sajian' dari Maret (bagian II) pilihan penulis.

1. Selamat Datang Kembali, Laporta.

Mudah sekali untuk menebak, siapa yang bakal duduk di kursi presiden Barcelona. Joan Laporta punya misi besar untuk mengembalikan kejayaan Blaugrana, seperti yang sudah pernah ia lakukan pada periode pertamanya (2003-2010). Pada periode tersebut, Barcelona menjelma menjadi salah satu tim terbaik Eropa.

Ia mendatangkan Ronaldinho, dan mereka memboyong trofi UCL musim 2005/06 ke Camp Nou. Ia menunjuk Pep Guardiola dan membangun hubungan baik dengan para pemain binaan akademi, dan hasilnya Blaugrana memanen enam trofi dalam semusim, plus tiki-taka yang fenomenal itu pun berjaya sejak Laporta memimpin di sana.

Laporta tampaknya menjadi sosok ideal (paling tidak untuk situasi saat ini) di tengah kiprah presiden sebelumnya yang sepertinya sudah lupa dengan makna mes que un club. Di tengah situasi carut marut situasi internal Barcelona, terlebih ketika skandal Barcagate terkuak, Laporta tampaknya tidak ambil pusing dan bertekad kuat untuk meluruskan kembali benang kusut tersebut.

"Itu bukan Barcagate. Itu adalah Bartogate."

Saya membayangkan Laporta mengucapkan kalimat ini dengan sebotol bir di tangannya, bertelanjang dada, memamerkan perut buncitnya, sembari berbincang-bincang dengan Lionel Messi di atas sebuah kapal pesiar, layaknya bapak dan anak (seperti dalalm sebuah foto yang sempat beredar).

Selamat datang kembali, Laporta.

2. Akhir Sebuah Era?

Gianluigi Buffon telah berusia lebih dari kepala empat. Kiper kenyang pengalaman itu belum sekalipun menyentuh Si Kuping Lebar, meski sudah tiga kali melenggang ke final. Beberapa musim terakhir segala cara dilakukan Juventus demi mendaratkan kembali trofi besar itu di Turin.

Mereka mendatangkan Cristiano Ronaldo, membajak Mattijs de Light dari Ajax, dan menempatkan mantan legenda mereka, Andrea Pirlo, di kursi pelatih. Namun, lagi-lagi, eks kiper Parma itu harus mengubur mimpinya untuk setahun lagi, seiring bertambah usianya.

"Sudahlah, Gigi Buffon. Ingatlah akan kutukan Muntari!"

Lionel Messi, sejak setahun lalu menanggung beban berat. Setelah menanggung malu atas kekalahan telak 8-2 musim lalu dan rentetan epic comeback di UCL dalam beberapa musim terakhir, plus konflik internal yang terus tersorot media, Messi dan kawan-kawan harus kembali keok di tangan Paris Saint-Germain (PSG) dengan skor agregat telak, 5-1.

Hasil ini tentunya menjadi mimpi buruk bagi Barca (dan Messi tentunya). Ia sudah dua kali keok (pertama ketika Argentina kalah dari Perancis di Piala Dunia 2018) dari seorang pemuda Perancis yang digadang-gadang bakal menjadi pemain terbaik dunia pasca era rivalitas panasnya dengan Cristiano Ronaldo. 

Lalu bagaimana dengan Ronaldo, sang 'Mr. UCL'? Sejak pindah ke Turin pada musim 2018/19 lalu, namanya tidak muncul lagi di semifinal UCL hingga musim ini. Setelah tidak ada nama Messi dan Ronaldo di semifinal UCL musim lalu, musim ini tidak ada nama Messi dan Ronaldo di perempatfinal! Akhir sebuah era?

3. Undian Perempatfinal UEFA Champions League 2020/2021.

Hasil undian perempatfinal UCL musim ini cukup menarik (dan menghibur tentunya). Tersaji dua final UCL ulangan: Real Madrid melawan Liverpool (2018) dan Bayern Munchen menantang Paris Saint-Germain (2020).

Tentu cederanya Mohamed Salah dan Sergio Ramos yang mendadak dibenci (oleh pembenci Real Madrid dan pemuja Barcelona) di final UCL 2017/18 masih melekat dalam ingatan. Apalagi dua blunder fatal Loris Karius dan tendangan salto Gareth Bale (saya yakin, tidak banyak yang mengingat gol Bale ini).

Liverpool tengah terseok di liga akhir-akhir ini, dan Real Madrid masih terus menjaga kans untuk mempertahankan gelar liga; pertandingan ini tentunya menarik untuk disaksikan, meskipun Sergio Ramos tidak tampil karena cedera.

Bayern Munchen dan Paris Saint-Germain (PSG) adalah final kepagian. Setelah membuktikan kualitasnya dihadapan Erling Haaland dalam Der Klassiker di Bundesliga beberapa waktu lalu, Robert Lewandowski kembali adu ketajaman dengan Kylian Mbappe yang baru mencetak hattrick di Camp Nou. Laga ini menarik untuk disaksikan, meskipun (sama seperti Ramos) Lewandowski tidak tampil karena cedera.

Sementara Manchester City melawan Borussia Dortmund pastinya menyajikan duel sengit dan berimbang. Mungkin pertandingan ini cukup emosional bagi Erling Haaland yang akan melawan bekas klub bapaknya, klub yang juga sedang meramaikan perburuan untuk mendapatkan jasanya.

Bagaimana dengan FC Porto VS Chelsea? Ini laga yang menarik. Saya membayangkan, bagaimana panasnya laga ini jika Jose Mourinho masih berada di salah satu pihak.

4. Perampokan!

Angel di Maria yang sedang asyik bermain di atas lapangan melawan Nantes, tiba-tiba saja ditarik keluar oleh Pochettino. Tidak lama berselang, beredar kabar bahwa rumah pemain Argentina tersebut didatangi perampok dan keluarganya sempat disandera. Apa yang dialami sang winger juga dialami oleh Marquinhos, yang juga mendapat musibah yang sama.

Kejadian perampokan seperti ini bukan kali pertama yang dialami para pemain PSG. Eric Maxim Choupo-Moting, Tiago Silva, dan beberapa nama lain sudah lebih dulu mengalami hal yang sama. Semoga kondisi Di Maria dan Marquinhos segera membaik.

Sementara di Serbia, 'perampokan' juga terjadi, tidak saja memercik amarah Cristiano Ronaldo, tetapi juga merugikan bangsa Portugal. Entah apa yang sedang ada dalam pikiran wasit Danny Makkelie, padahal jelas-jelas bola yang disepak Ronaldo itu sudah melewati garis gawang. Siapa pun yang menonton melalui layar TV, atau dengan mata telanjang sekalipun tanpa bantuan VAR pun tahu, itu adalah gol penentu kemenangan.

Ronaldo tentu saja kecewa, bahkan marah. Itu adalah perampokan. Portugal bisa saja pulang dengan tiga poin, tetapi keputusan kontrovesial sang wasit memaksa tim tersebut berbagi poin dengan tim tuan rumah. Ronaldo membuka ban kaptennya, membuang, dan membantingnya di pinggir lapangan.

Perampokan itu memang merugikan Portugal, tetapi setidaknya buntut dari kejadian itu dapat memberi harapan (dan menyelamatkan) satu nyawa. Konon, ban kapten yang dilempar Ronaldo itu akan dilelang oleh beberapa petugas pemadam kebakaran Beograd, dan hasilnya akan digunakan untuk perawatan Gravilo Djurdjevic, seorang penderita atrofi otot tulang belakang yang baru berusia enam bulan.

Ada yang teringat Robinhood?

5. Pembantaian-pembantaian di Kualifikasi Piala Dunia 2022.

Salah satu alasan yang membuat saya begitu menyukai pertandingan-pertandingan kualifikasi Piala Dunia zona Eropa adalah soal kejutannya. Selalu ada 'pembantaian', entah itu kekalahan tim besar dari tim liliput atau tim besar yang berpesta gol ke gawang tim semenjana.

Pertandingan antara Slovenia melawan Kroasia mungkin tidak layak disebut 'pembantaian', tetapi kekalahan tipis Kroasia (finalis Piala Dunia edisi sebelumnya) dari Slovenia (1-0) cukup disesalkan sebab mereka harus kehilangan poin. Hal yang sama pun dialami Jerman yang takluk 1-2 dari Macedonia Utara di kandang sendiri.

Sementara 'pembantaian' dengan banyak gol sempat terjadi di Inggris ketika mereka mengalahkan San Marino 5-0. Tim Dinamit Denmark mengamuk di kandang sendiri dengan 8 gol tanpa balas atas Moldova. Jejak yang sama pun diikuti Belgia yang menang atas Belarus dengan skor yang sama, dan Belanda pun tidak mau ketinggalan dengan tujuh kali menjebol jala Gibraltar.

Gabungan dua model pembantaian (tim besar kalah dengan banyak gol) dialami Belanda yang harus mengakui keunggulan Turki yang mempecundangi mereka dengan skor meyakinkan, 4-2.

Ngomong-ngomong soal pembantaian dengan gelontoran gol banyak, tampaknya tidak ada yang lebih fenomenal dari pembantaian Jepang atas Mongolia dengan skor  yang amat telak, 14-0. Entah bagaimana perasaan orang-orang di Ulanbator setelah dihancurkan dengan angka dua digit tersebut. Tampaknya roh Jenghis Khan yang doyan mengekspansi wilayah Asia itu tidak benar-benar merasuki para pemain Mongolia.

***

Selain lima 'sajian' di atas, masih ada beberapa peristiwa menarik lainnya, di antaranya tentang usul Marco Van Basten agar aturan offside dihapus, penyelenggaraan Piala Menpora, bonus dua gol bunuh diri West Ham (yang sudah unggul 3-0) untuk Arsenal, hingga remontada Barcelona atas Sevilla di semifinal Copa del Rey, hingga kabar duka dari Daniel Guerini, pemain muda Lazio yang meninggal karena kecelakaan.

Bulan Maret 2021 telah usai, dan kini para penikmat sepakbola bersiap menantikan kejutan-kejutan yang datang dari bulan April 2021 nanti.

Catatan:

Untuk bagian I, lihat di sini.

Untuk Kaleidoskop Februari 2021, lihat di sini.

Untuk Kaleidoskop Januari 2021, lihat di sini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun