Kebanyakan kita dalam mengajar / memberi ilmu lebihmengutamakan kebaikan, cara dan materi yang hebat. Sehingga mahasiswa terkagum- kagum dan mengakui kehebatan si guru.
Ada hal yang jauh lebih penting dari sekedar menyiapkan materi pemberlajaran dan kesiapan fisik lainnya, hal itu adalah bagaimana hati kita. Ketika kita mengajarkan seorang mahasiswa, sudahkah kita para guru memandang mereka dengan pandangan penuh kasih sayang dan cinta?
Dan itu ditandai dengan permohonan, meminta dan mengadu kepada Allah SWT. Terkadang kita lupa hidayah itu hanya datang dari Allah SWT. Tanpa hidayah Allah ilmu itu akan sulit diajarkan dan diterima.
Begitupun sebaliknya, di saat menjadi murid. Bagi yang belajar, maka jika ingin mendapatkan ilmu yang manfaat. Harus ada rasa cinta, maka tanamkan rasa cinta kepada guru (ini bukan soal syahwat, karna syahwat dan cinta itu berbeda.jangan disamakan).
Cinta murid kepada guru adalah dengan mendoakannya. Kalau ada murid yang mendoakan guru maka itu bukan untuk kepentingan guru, melaikan kepentingan murid tersebut. karena guru tanpa didoakan murid pun malaikat semuanya mendoakan guru.
Sebagai buktinya, ketika kita melihat ada murid yang lebih pintar dan hebat dari gurunya. Bukankah ilmunya berasal dari guru? inilah ketulusan dari murid kepada gurunya.
Guru mempunyai ilmu delapan namun murid mempunyai ilmu sepuluh, hal ini terjadi karena ketulusan hati dan ini yang perlu dihadirkan.
Biasalah menyebut kebaikan sang guru, karena kebaikan guru yang kita angkat akan didengar oleh orang lain dan ketikan orang lain cinta kepada guru maka seketika itu Allah SWT memberikan kecintaan kepada kita.
Oleh karenanya, senantiasa niatkan di dalam hati seorang murid dan minta kepada Allah... "Ya Allah tutuplah kekurangan guruku dari mataku , takut kurang cintaku kepadanya."
Teruslah menyebut segala kebaikan yang dipunyai seorang guru karena seorang guru mengajarkan kebaikan.