Mohon tunggu...
Frisca Nikita
Frisca Nikita Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Frisca Nikita

frisca nikita

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Politik Bahagia Dunia Akhirat Menurut Al-Farabi

24 Oktober 2019   19:56 Diperbarui: 24 Oktober 2019   20:00 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alfarabi yang mempunyai nama asli Abu Nasr Mohammad Ibn al-Farakh al-Farrabi.lahir di desa kecil Wasji. Alfarabi  adalah ulama dan pemikir politik yang sangat sempurna. Dia membuat teori politik dengan mengkolaborasikan pemikiran-pemikiran politik yang ia pelajari dari para filsuf-filsuf yunani, seprti hal nya Plato, Aristoteles, dan Plotinus. 

Teorinya yang sangat cenderung dengan nuansa teologis yang becorak kepada kesatuan tujuan sejati manusia, yaitu kebahagiaan duniawi dan ukhrawi atau kebahagiaan dunia dan akhirat. Mengapa ia menggunakan teori ini ? karena menurutnya kebahagiaan menurut Islam adalah saat dia tahu hakikat dirinya dan hakikat penciptanya. 

Dalam pemikirannya politiknya juga ia menggolongkan 3 golongan atau pembagian fungsi dalam fungsi sistem politik, yaitu golongan atas, golongan tengah , dan golongan bawah. Golongan atas meliputi pemerintah, raja, dan yang sebangsa dengannya, sedangkan golongan tengah meliputi para mileter, kepolisian, pertahanan, dan golongan yang terakhir adalah golongan bawah yang meliputi masyarakat bertani, buruh .

Tidak hanya menggolongkan fungsi dalam sistem politik saja ia juga menggolongkan negara-negara. Negara-negara dalam pemikirannya sebagai berikut : Negara utama, Negara jahiliyyah, Negara fasik, Negara yang berubah-ubah, Negara yang sesat. Yang dimaksud dengan negara utama adalah negara yang bahagia yaitu yang pemimpin nya mengetahui hakikat kebahagiaan dalam islam, sedangkan negara jahiliyyah adalah negara yang warganya tidak mengetahui apa itu hakikat kebahagiaan, lalu selanjutnya adalah negara fasik yaitu negara yang tidak menjalankan fungsi dari kebahagiaan tapi dia mengetahui hakikat kebahagiaan, dan selanjutnya negara yang berubah-ubah yaitu negara yang dia mengetahui hakikat kebahagian tetapi tidak menjalankannya dan malah menjalankan lainnya, dan yang terakhir adlah negara yang sesat yaitu pemimpin yang tidak tahu tuhan dan mengerti tuhan menurut pemahaman nya sendiri dan sesat.

Banyak yang tidak setuju atas pemikiran Alfarabi yang begitu berat persyaratannya, tetapi Alfarabi berusaha keras untuk mencoba mengeluarkan aspirasinya kepada rakyatnya, agar rakyatnya senantiasa dalam kebahagiaan menurut agama islam yaitu bahahia dunia dan akhirat. Yang mengetahui hakikat dirinya dan tuhannya. Agar selamat dunia dan akhirat

References

sukardi, i. (2017). NEGARA DAN KEPEMIMPINAN DALAM PEMIKIRAN ALFARABI. Al-a'raf jurnal pemikiran islam dan filsafat, 1-304.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun