Mohon tunggu...
Maria Yulianti
Maria Yulianti Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

NIM : 43223110066 | Program Studi : Akuntansi | Fakultas : Ekonomi dan Bisnis | Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik | Universitas : Universitas Mercu Buana | Dosen : Prof. Dr. Apollo, M.Si., Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

21 November 2024   15:44 Diperbarui: 21 November 2024   15:44 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun ajaran Ki Ageng Suryomentaram sangat relevan dalam pencegahan korupsi, penerapannya dalam kehidupan modern tentu menghadapi tantangan yang besar. Masyarakat Indonesia, khususnya di dunia politik dan pemerintahan, seringkali dihadapkan pada godaan materialisme dan individualisme yang kuat. Dalam situasi ini, sangat sulit untuk mengharapkan setiap individu untuk mengimplementasikan ajaran kebatinan dengan sempurna. Namun, ajaran Ki Ageng tetap memberikan landasan moral yang dapat membantu membentuk pemimpin yang lebih baik dan masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya integritas dan kejujuran. Penerapan ajaran kebatinan ini tentu memerlukan waktu dan upaya yang tidak sedikit. Dibutuhkan pendidikan karakter yang mendalam, pelatihan kepemimpinan yang berbasis pada nilai-nilai moral, dan keberanian untuk menentang budaya korupsi yang sudah mendarah daging di sebagian masyarakat. Akan tetapi, jika ajaran Ki Ageng Suryomentaram dapat diterapkan dengan baik, diharapkan Indonesia dapat menghasilkan pemimpin yang lebih berintegritas dan masyarakat yang lebih bebas dari praktik korupsi.

Enam "Sa"

Sebelum masuk pada pemikiran Ki Ageng Suryomentaram, rasanya penting untuk mengenal konsep "Enam Sa" terlebih dahulu---setidaknya sebagai gerbang. "Enam Sa" yang dimaksud yaitu, sabutuhe, saperlune, sacukupe, sabenere, samesthine, dan sapenake. Secara umum, keenam kata kunci tersebut mengkerucut pada pola yang sama yaitu pola untuk menyadari kadar dan ukuran masing-masing dari diri kita yang nantinya akan berdampak pada kebahagiaan atau begjo.

Lebih dalam, kata kunci pertama adalah istilah filosofis terkait pentingnya hidup dengan tidak terlalu berharap lebih. Semisal dalam satu hari, biasanya kita membutuhkan dua porsi untuk sarapan dan makan malam, maka ya dicukupkan dengan itu, tidak perlu mencari sampai tiga atau empat porsi. Sebab pada prinsipnya yang kita butuhkan hanya itu---berlandaskan kebiasaannya tadi---tidak lebih. Adapun yang ketiga dan keempat itu tidak lebih dari keinginan yang bagi Suryomentaram rawan menjebak. Tidak berbeda jauh dengan itu adalah kata kunci kedua dan ketiga. Keduanya memiliki pola yang sama dengan yang pertama, yaitu menyadari ukuran dan mencukupkan dengan itu, tidak lebih.

Untuk yang keempat, ini merupakan anjuran untuk tidak terlalu ribet dalam bertindak. Dengan kata lain, kita tidak penting untuk terjebak dalam suatu pertimbangan yang ekstrim dalam menentukan apakah sesuatu harus kita lakukan atau tidak. Saran Suryomentaram, kita cukup bertindak sesuai dengan apa yang kita yakini benar. Andai A menurut kita benar, maka just do it, jika tidak, cukup ditinggalkan.

Adapun kata kunci kelima, masih senafas dengan yang pertama, ini adalah upaya untuk menjalani hidup sebagaimana mestinya. Kalau biasanya kita makan tiga kali sehari, ya makan tiga kali, tidak perlu lebih dan kurang. Di poin ini, terutama, seseorang baru bisa mengamalkannya saat dia usai berhasil memahami kadarnya sendiri, kadar apapun itu. Sebab pada prinsipnya, ini adalah berbicara tentang kadar yang semestinya kita lakukan, baik itu kadar sebagai manusia sosial, biologis, dan sejenisnya.

Terakhir, sapenake, merupakan anjuran dari Suryomentaram agar kita lebih bisa realistis dalam menjalani hidup. Saat semester ini kita hanya bisa mendapatkan IP 2,00, maka ya sudah, cukup diterima. Kalau di umur ini masih belum dapat pacar yang sesuai harapan, ya sudah diterima saja. Poinnya, dalam keadaan apapun, dimanapun, kapanpun, tidak akan pernah ada alasan untuk kita tidak menikmati hidup

Nilai-Nilai Utama dalam Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram yang Berkaitan dengan Pengendalian Diri dan Transformasi Batin sebagai Dasar untuk Mencegah Perilaku Koruptif

Ki Ageng Suryomentaram, sebagai salah satu tokoh spiritual besar dalam tradisi kebatinan Jawa, menyampaikan ajaran yang mendalam mengenai pengendalian diri dan transformasi batin. Ajaran beliau sangat relevan dalam konteks pencegahan perilaku koruptif, terutama dalam masyarakat dan dunia politik yang sering kali terjebak pada godaan kekuasaan, uang, dan materi. Nilai-nilai utama dalam kebatinan Ki Ageng Suryomentaram menekankan pentingnya pembersihan batin, kesadaran diri, dan pengendalian hawa nafsu. Melalui pemahaman dan implementasi ajaran-ajaran tersebut, individu, khususnya pemimpin, dapat terhindar dari perilaku koruptif yang merugikan diri sendiri dan masyarakat.

1. Pengendalian Diri (Ngudi Kasampurnan)

Salah satu nilai utama dalam ajaran Ki Ageng Suryomentaram adalah pengendalian diri atau "ngudi kasampurnan", yang berarti berusaha mencapai kesempurnaan. Dalam konteks ini, pengendalian diri bukan hanya berarti menahan diri dari keinginan fisik atau duniawi, tetapi juga mengendalikan hawa nafsu yang dapat menuntun seseorang pada tindakan yang tidak etis, termasuk korupsi. Pengendalian diri ini mengajarkan pentingnya mengontrol dorongan hati dan pikiran agar tidak terjerumus dalam perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Penerapan pengendalian diri ini sangat penting dalam dunia politik dan pemerintahan, di mana pemimpin sering dihadapkan pada godaan kekuasaan, uang, dan jabatan. Korupsi sering kali bermula dari ketidakmampuan individu untuk menahan godaan tersebut. Dengan menginternalisasi ajaran pengendalian diri ini, seorang pemimpin akan lebih mampu untuk menjaga integritas dan tidak tergoda untuk memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun