Mohon tunggu...
Maria Yosefina Monika Sandar
Maria Yosefina Monika Sandar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Revolusi Pendidikan atau Revolusi Ketenagakerjaan dalam Mengatasi Krisis Pengangguran Sarjana

3 Desember 2023   23:00 Diperbarui: 4 Desember 2023   08:37 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki masalah pengangguran, dimana pengangguran merupakan masalah yang serius pada bidang sosial dan ekonomi. Data dari Badan Pusat Satatistik (BPS) pada bulan Agustus 2023 tingkat pengangguran dari lulusan Sarjana meningkat menjadi 5,18% dibandingkan pada Agustus 2022 yaitu 4,80%. Berdasarkan riset dari McKinsey, UNESCO, dan ILO pada tahun 2008, diketahui bahwa lulusan perguruan tinggi tidak memenuhi kebutuhan tenaga kerja dengan baik. Permasalahan ini terkait dengan kurikulum, metode pembelajaran, kualitas pengajar, fasilitas, dan aspek lainnya. Akibatnya, banyak lulusan tidak memiliki keterampilan dan kompetensi yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja.

Tantangan dalam krisis pengangguran sarjana menyoroti ketidaksesuaian antara kurikulum pendidikan dan tuntutan pasar kerja. Dalam menghadapi tantangan ini, muncul pertanyaan kritis apakah solusinya terletak pada transformasi dalam pendidikan atau pada reformasi sistem ketenagakerjaan. Di satu sisi, revolusi pendidikan mengusulkan pembaruan mendasar dalam cara kita mendidik dan melatih para sarjana. Fokus pada keterampilan praktis, penekanan pada pembelajaran sepanjang hayat, dan integrasi teknologi dapat menciptakan lulusan yang lebih siap untuk menghadapi dinamika pasar kerja yang cepat berubah.

Di sisi lain, revolusi ketenagakerjaan menekankan pada keterlibatan industri dan pemerintah dalam menciptakan peluang pekerjaan yang sesuai dengan keahlian sarjana. Ini mencakup kemitraan dengan dunia usaha untuk membentuk kurikulum yang relevan dan program magang yang mendukung pengembangan keterampilan praktis. Namun, apakah solusinya bersifat pendidikan atau ketenagakerjaan, mungkin perlu adanya sinergi di antara keduanya. Memperkuat kolaborasi antara lembaga pendidikan, industri, dan pemerintah dapat menciptakan ekosistem yang mendukung pemangkasan kesenjangan antara pengetahuan akademis dan tuntutan dunia kerja.

Dalam mengatasi krisis pengangguran sarjana, diperlukan kebijakan dan langkah-langkah yang berani. Perubahan dalam paradigma pendidikan dan ketenagakerjaan harus diterapkan dengan ketegasan, memastikan bahwa setiap sarjana dapat lebih baik dipersiapkan untuk menghadapi kompleksitas dunia kerja modern. Revolusi pendidikan dan revolusi ketenagakerjaan bukanlah pilihan eksklusif, tetapi dapat menjadi alat bersama untuk menghadapi krisis pengangguran sarjana secara holistik.

Oleh : Maria Yosefina Monika Sandar

Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Manajemen-Universitas Pendidikan Ganesha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun