Kue Kering
Karya Veronica A. Maria
"Vayla? Kamu masih lama di sini? Ini sudah sore. Ayo pulang," ajak Dita pelan untuk kedua kalinya.
Vayla masih menatap sendu gundukan tanah yang bertabur kelopak mawar yang sudah layu. Kakinya duduk bersila dengan nyaman. Terlihat sekali bahwa ia tak ingin beranjak. Bagaimana mungkin ia siap ditinggalkan orang yang sudah lima belas tahun bersamanya.
Sementara itu, Dita, satu-satunya teman yang dimiliki mulai gelisah melihat sepi di sekelilingnya. Beberapa kali ia mendesah, mengamati wajah Vayla yang masih sama sejak empat puluh menit yang lalu.
"Vay... Kamu mendengarkan aku gak sih? Ayo pulang, sudah sepi ini!"
"Lima menit lagi ya?" pinta Vayla. Empunya suara itu memandang Dita dengan tatapan memohon.
Rasa lega mengalir di pikiran Dita. Akhirnya, temannya itu menjawab, yang artinya dia tidak kesurupan, satu hal lain yang menjadi ketakutan Dita. "Oke, lima menit. Janji, ya. Aku lihat jam terus ini."
"Hmm ...," jawab Vayla singkat. Kini matanya terpejam seolah sedang memanjatkan doa.
***
"Tidur di rumahku saja ya malam ini," ajak Dita selagi mereka melewati deretan nisan yang berukuran senada dengan rumput hijaunya yang terpangkas dengan rapi.