Lama rasanya tidak mengisi akun Kompasiana dengan tulisan yang bersumber dari inspirasi saya ketika mengamati lingkungan sekitar khususnya dunia kerja. Maklum, saya sudah tidak bekerja selama hampir 8 bulan sehingga tidak lagi mengamati kondisi yang terjadi di lingkungan kerja.
Namun memang satu tema yang bagi saya tetap menarik untuk diperbincangkan atau dituangkan ke dalam tulisan adalah seputar dunia kerja. Hal ini dikarenakan saya pribadi pernah menjadi seorang karyawan di sebuah perusahaan dan ada banyak peristiwa menarik yang ditemui ketika bekerja.
Hingga akhirnya saya pun mencoba untuk konsisten menulis tema seputar dunia kerja meskipun bisa dikatakan sudah banyak penulis maupun konten kreator yang membahasnya.
Ada banyak peristiwa unik dan juga menarik yang bisa ditemui di lingkungan kerja, sebut saja:
- Hubungan dengan pimpinan yang terkadang terbentur konflik
- Hubungan dengan rekan kerja dimana ada rekan kerja yang supportif namun tak jarang banyak rekan kerja yang saling menjatuhkan
- Hubungan dengan pihak ketiga misalnya dengan supplier, distributor dan pihak lain yang bersinggungan dengan perusahaan.
- Lingkungan kerja yang nano nano, baik itu suasanya yang kondusif sampai dari yang toxic
- Dan masih banyak lagi peristiwa unik di tempat kerja
Kalau ditanya apakah menjadi karyawan di sebuah perusahaan itu menyenangkan, maka saya jawab sangat menyenangkan. Selain mendapat gaji bulanan, hari-hari kita akan disibukkan dengan  aktivitas pekerjaan sehingga tidak sempat overthinking memikirkan hal lainnya. Meskipun pada akhirnya keputusan berada di tangan seseorang, apakah dia akan tetap meneruskan karirnya atau resign dari tempatnya bekerja karena satu dan lain hal. Kita tidak bisa memberikan penghakiman begitu saja.
Ada karyawati yang akhirnya resign karena memiliki anak sehingga harus berada di rumah saja demi mengasuh buah hati karena tidak ada yang bisa diandalkan. Tak sedikit kita sering melihat di media sosial, karyawan yang dengan berat hati resign karena lingkungan kerja sangat toxic sehingga dirinya lebih sering dirugikan di kantor. Ada pula karyawan yang harus resign demi mengurus orang tua yang sedang sakit sementara tidak ada keluarga lain yang bisa membantunya.
Namun percaya gak sih kalau sekarang mencari pekerjaan agak sulit nih bagi generasi millennial karena terkendala oleh factor usia. Jadi ceritanya saya iseng bergabung di salah satu grup Whatsapp yang berisi informasi seputar lowongan pekerjan di kota tempat saya berdomisili.
Sebenarnya awal mula saya bergabung di grup Whatsapp tersebut adalah ingin mencari informasi lowongan kerja, karena memang sempat ingin mencari batu loncatan di perusahaan lain. Namun betapa terkejutnya, ketika setiap hari admin grup melakukan broadcast berupa informasi lowongan kerja tapi dengan usia yang sangat jauh dari kualifikasi saya.
Sebagian besar informasi lowongan kerja mensyaratkan batas maksimal usia yang berpeluang mengikuti seleksi adalah 35 tahun. Meskipun ada beberapa juga lowongan kerja yang masih menerima kandidat dengan usia maksimal 40 tahun. Bahkan ada beberapa lowongan kerja justru mensyaratkan batas maksimal pelamar kerja berada di usia 30 tahun lho!Â
Tapi bagi saya, syarat usia pada sebuah lowongan kerja itu sangat membatasi ruang gerak para pencari kerja untuk mencoba peruntungan mereka di dunia kerja. Bagaimana tidak, saya menganggap tenaga kerja usia produktif di atas usia 40 tahun asal sehat jasmani dan rohani, tentu masih bisa bekerja dengan baik asal memenuhi kualifikasi. Namun pada kenyataannya, di beberapa lowongan kerja yang saya baca justru usia di atas 40 tahun sudah tidak memenuhi kriteria tenaga kerja yang dicari di sebuah perusahaan.
Sebagai contoh, lowongan kerja di atas yang sudah saya edit dan screenshot, diambil dari salah satu akun lowongan kerja di Instagram, sebuah perusahaan bakery yang sedang mencari karyawan untuk posisi HR Recruitment & Selection. Sedihnya ketika saya membaca lowongan kerja di atas, batas usia yang diminta adalah 30 tahun sebagai staff HR Recruitment & Selection. Padahal mungkin di luar sana masih banyak lulusan sarjana Psikologi atau sarjana Hukum yang berusia di atas 30 tahun yang masih menganggur.
Sementara saya pernah membaca berita tentang salah satu TikTok-ker yang bernama Bunda Corla, ternyata beliau tinggal di Jerman dan bekerja di salah satu restoran cepat saji. Faktanya adalah Bunda Corla sendiri sudah berusia 50 tahun dimana kalau di negara kita sendiri, saat ini melamar kerja di sebagian perusahaan harus melihat terlebih dahulu batasan usia yang ditentukan. Kalau tidak, maka jangan berani-berani deh melamar kerja. Bisa jadi berkas lamaran kerjamu hanya digeletakkan saja oleh bagian HRD perusahaan tersebut.
Saya tidak bilang semua perusahaan mensyaratkan usia namun faktanya ketika saya melihat di akun lowongan kerja di Instagram, banyak yang menyebutkan kriteria tentang batasan usia.
Namun di sisi lain, ketika saya berupaya untuk mencari informasi lain bahwa masih ada kok perusahaan yang menerima tenaga kerja di atas usia 40 tahun, saya menemukan artikel dimana Boga Group membuka kesempatan kerja untuk para lansia di atas 60 tahun. Tentu kabar yang membahagiakan, mengingat tidak semua lansia di Indonesia itu sejahtera. Mungkin pada sebagian lansia, lowongan kerja lansia menjadi sebuah kesempatan yang dinanti.
Lalu kenapa sih beberapa perusahaan mensyaratkan batasan usia bagi calon pelamar kerja, mungkin ini yang bisa saya simpulkan:
- Fresh Graduated atau tenaga kerja berusia muda lebih mudah dibentuk
Bagian personalia di sebuah perusahaan bisa saja menganggap bahwa tenaga kerja usia muda yang baru lulus atau fresh graduated akan memiliki semangat yang luar biasa dimana akan memengaruhi produktivitas dalam bekerja juga. Selain itu tenaga kerja usia muda dianggap akan lebih mudah dibentuk ketika pertama kali bekerja dibanding yang sudah berpengalaman, dimana biasanya tenaga kerja berpengalaman punya cara kerja mereka sendiri. Lagi-lagi anggapan itu tak selamanya benar, karena karyawan akan tetap mengikuti aturan perusahaan meskipun suda punya segudang pengalaman.
- Usia berpengaruh terhadap pengalaman kerja dan gaji
Ada yang beranggapan bahwa tenaga kerja berpengalaman biasanya akan meminta salary atau gaji sesuai dengan pengalamannya sementara perusahaan mungkin tidak sanggup mengabulkannya. Hal inilah yang membuat sebagian perusahaan lebih memilih tenaga kerja muda yang bisa dibilang belum memiliki pengalaman sama sekali. Pada kenyataannya individu yang masih berada di usia produktif namun tidak muda lagi, apabila sangat membutuhkan pekerjaan, maka akan mengenyampingkan masalah salary dan tetap akan ikut standar gaji perusahaan yang dilamarnya.
Penutup
Sepertinya artikel ini menjadi awal dari keinginan saya untuk menulis tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses rekrutmen tenaga kerja di beberapa perusahaan yang pernah saya datangi di saat usia yang tidak muda lagi. Dari yang saya amati sekarang, proses mencari kerja saat ini sangat berbeda jauh dari yang pernah saya lakukan 10 tahun lalu. Tentu saja akan ada perbedaan, karena zaman juga berubah dan teknologi makin berkembang.
Harapan saya ke depannya, agar banyak perusahaan yang mulai meniadakan batasan usia bagi pelamar kerja. Asal calon pelamar kerja masih produktif dalam bekerja dan dapat mempertanggung jawabkan hasil kerjanya, maka cobalah untuk memberi kesempatan kepada para pencari kerja di atas usia 35 tahun yang terkadang tidak lolos kualifikasi karena faktor usia.
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H