Sadar tidak kalau selama ini, Ibu kita berperan penting dalam mendukung transisi energi lokal, meskipun masih dalam bentuk yang sederhana. Kalian yang baru menyadarinya sekarang, coba sebutkan apa saja sih bentuk tindakan ibu kita selama menjalankan tugas beliau sebagai ibu rumah tangga, yang mendukung transisi energi lokal?
Kalau saya boleh sedikit menjabarkan apa yang sudah Ibu lakukan di rumah, sebagai wujud kepedulian beliau terhadap transisi energi lokal, contohnya:
- Setiap hari menjemur baju yang sudah dicuci di bawah panas sinar matahari, dan kegiatan itu juga diteruskan oleh saya.
- Menjemur kerupuk di bawah sinar matahari agar ketika digoreng jadi mengembang.
- Memisahkan minyak jelantah yang sudah tidak dipakai untuk kemudian diserahkan ke perkumpulan ibu-ibu PKK setempat. Konon minyak jelantah dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar biodiesel.Â
- Memisahkan sampah organik dan anorganik untuk mempermudah tukang sampah ketika akan dibawa ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara)
Sementara itu sebagai ibu rumah tangga yang tidak bisa mengendarai sepeda motor, ibu saya lebih memilih menggunakan angkutan umum ketika ingin bepergian. Atau jika hanya menuju lokasi yang dekat saja, Ibu saya lebih memilih untuk berjalan kaki.
Hal ini berbeda sekali dengan gaya hidup yang kita lihat pada sebagian besar masyarakat saat ini, dimana dalam setiap keluarga bisa jadi hampir seluruh anggota keluarga yang sudah dewasa memiliki kendaraan sendiri.
Dulu saya merasa sedikit menyesal kenapa tidak bisa mengendarai kendaraan bermotor karena sempat kesulitan ketika akan melakukan mobilitas ke suatu tempat. Bahkan sampai saat ini pun saya lebih sering menggunakan transportasi publik.
Namun saat ini dimana hampir sebagian besar masyarakat bahkan pemerintah mulai menggaungkan semangat untuk menggunakan energi baru terbarukan, saya merasa bersyukur karena ternyata ketidakmampuan dalam mengendarai kendaraan bermotor merupakan salah satu kontribusi kecil saya untuk mengurangi emisi karbon.
Transisi Energi dan Manfaatnya Untuk Seluruh Masyarakat Indonesia
Transisi energi sendiri memiliki pengertian sebagai sebuah bentuk usaha yang dapat kita lakukan dengan beralih dari penggunaan energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT). Tentu saja penggunaan EBT ini akan lebih ramah lingkungan dan dapat menurunkan emisi karbon yang menyebabkan masalah polusi di beberapa kota besar.
Memang saat ini Negara kita masih menggunakan energi fosil. Namun sadarkah kalian kalau saat ini sebenarnya kita sudah merasakan dampak perubahan iklim akibat penggunaan energi fosil tersebut. Pemanasan global sudah mulai kita rasakan dengan adanya bencana kekeringan, banjir, dimana bencana alam tersebut dapat  menganggu dan bahkan mengancam aktivitas manusia.
Diharapkan dengan adanya transisi energi dapat mengurangi bahkan memperlambat dampak perubahan iklim di dunia. Oleh sebab itu diperlukan dukungan dari semua pihak agar proses transisi energi ini dapat berjalan dengan lancar dan berkesinambungan. Percuma rasanya jika yang peduli terhadap proses transisi energi hanya segelintir orang, sementara yang lainnya masih berkutat dengan penggunaan energi fosil.
Peran Ibu Rumah Tangga dalam Mendukung Transisi Energi Lokal
Cerita singkat saya akan berbagai aktivitas Ibu yang secara tak langsung mendukung transisi energi di awal paragraph, menunjukkan bahwa perempuan ternyata memiliki kontribusi yang cukup besar dalam dampak perubahan iklim ini.
Namun ternyata ada beberapa kelompok yang rentan terhadap isu transisi energi ini, yaitu perempuan, disabilitas, anak-anak dan masyarakat miskin dikarenakan beberapa faktor, misalnya saja kurangnya edukasi, kelompok rentan tersebut dianggap lemah sehingga diyakini tak bisa memberikan kontribusi dalam mengembangkan proses transisi energi berkelanjutan.
Lalu bagaimana proses transisi energi berkelanjutan akan berjalan lancar apabila tidak didukung oleh seluruh komponen masyarakat tanpa terkecuali? Tentu akan memakan waktu yang sangat panjang. Efeknya dampak perubahan iklim akan semakin dekat dengan kita dan bukan tak mungkin akan banyak bencana alam yang terjadi.
Oleh karena itu, Oxfam sebagai organisasi nirlaba berupaya agar para kelompok rentan tersebut dapat menerima transisi energi adil agar keberadaan EBT atau Energi Baru Terbarukan tidak hanya dinikmati oleh sebagian kalangan saja.
Transisi energi adil harus dirasakan oleh semua golongan masyarakat. Oxfam memiliki 3 fokus utama yaitu keadilan gender, keadilan ekonomi dan hak-hak dalam krisis.
Penutup
Tidak ada kata terlambat untuk menyelamatkan bumi tercinta tempat kita para manusia berpijak. Saya yakin apabila seluruh komponen, mulai dari masyarakat, pemerintah, stakeholder, komunitas, dan Oxfam sebagai organisasi nirlaba untuk saling memberikan edukasi terhadap kelompok-kelompok rentan tersebut, agar ke depannya mereka dapat memberikan kontribusi terhadap proses transisi energi berkelanjutan.
Semoga bermanfaat.
Referensi:
https://theconversation.com/transisi-energi-di-indonesia-tiga-hal-yang-perlu-kamu-tahu-212691
https://indonesia.oxfam.org/siapa-kami
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H