Mohon tunggu...
Maria Tanjung Sari
Maria Tanjung Sari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger-Content Writer-Content Placement Artikel di Blog-Jasa Review Produk dan Jasa di Blog Untuk kerja sama bisa email di titikterang751@gmail.com

Blogger Surabaya yang mengelola beberapa blog diantaranya santaisore.com , sahabatcurhat.my.id , curhatyuk.my.id dan masih banyak lagi Senang menulis mengenai dunia HRD, suka mengamati perilaku sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perlukah Membangun Chemistry antara Menantu dan Mertua

11 Juli 2024   18:57 Diperbarui: 12 Juli 2024   02:32 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit photo: Pexels

Ketika anak sudah menikah, tentu saja orang tua sudah tidak bertanggung jawab lagi terhadap sang anak. Orang tua hanya bisa mendoakan akan kebahagiaan anak serta menantu. Orang tua sebaiknya tidak boleh mencampuri urusan anaknya yang sudah menikah, kecuali untuk keadaan yang darurat.

Demikian halnya dengan anak, sudah tidak selayaknya membebani kedua orang tuanya lagi. Anak perempuan yang sudah menikah akan menjadi tanggung jawab suami, anak lelaki yang suah menikah bertanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya kelak. Anak yang sudah menikah namun masih ingin membantu perekonomian orang tua tentu akan semakin mendapatkan berkah karena menjadi anak yang berbakti. Namun bagi anak yang memang tidak memungkinkan kondisi perekonomiannya, sehingga belum dapat membantu orang tua, maka harus disikapi dengan bijaksana oleh orang tua.

Orang tua juga harus dapat memahami batasan ketika berinteraksi dengan anak maupun menantu. Bukan hanya faktor ekonomi saja yang rawan menimbulkan konflik, pola pengasuhan orang tua terhadap cucu kadang menimbulkan konflik dengan anak dan menantu sebagai orang tua cucu, sehingga chemistry antara menantu dan mertua tidak dapat terjalin dengan baik.

Ketika mertua dan menantu saling memahami batasan dalam kehidupan keluarga, maka Insha Allah konflik pun bisa dihindari.

2. Berdiskusi Apabila Terjadi Kesalahpahaman

Mungkin point kedua ini akan sulit untuk dilakukan. Apalagi mungkin bagi sebagian masyarakat kita beranggapan bahwa orang yang lebih tua akan merasa benar di setiap keputusan mereka. Namun sebenarnya tidaklah demikian. Orang tua sebagai individu yang usianya jauh di atas anak serta menantu, setidaknya berkenan melakukan instrospeksi apabila melakukan kesalahan.

Manusia hanyalah makhluk ciptaan Tuhan, dimana pasti pernah salah dan melakukan kekhilafan. Ketika anak sudah memiliki keluarga masing-masing, maka orang tua pun seharusnya berusaha untuk tidak masuk ke dalam ranah kehidupan pribadi anak beserta pasangan. Apabila sudah telanjur terjadi perselisihan dan kesalahpahaman, maka anak bisa menjadi jembatan antara pasangan dengan orang tua sebagai mertua, agar konflik bisa berhenti dan tidak melebar.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun