Mohon tunggu...
Maria Tanjung Sari
Maria Tanjung Sari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger-Content Writer-Content Placement Artikel di Blog-Jasa Review Produk dan Jasa di Blog Untuk kerja sama bisa email di titikterang751@gmail.com

Blogger Surabaya yang mengelola beberapa blog diantaranya santaisore.com , sahabatcurhat.my.id , curhatyuk.my.id dan masih banyak lagi Senang menulis mengenai dunia HRD, suka mengamati perilaku sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Beramal Kalau Tak Ikhlas

19 Mei 2024   10:49 Diperbarui: 19 Mei 2024   10:53 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin judul yang saya buat terkesan berlebihan, "Jangan Beramal Kalau Tak Ikhlas". Nyatanya ada sebagian orang yang beramal namun masih melihat latar belakang dari si penerima sedekah tersebut. Jangan-jangan saya termasuk salah satu orang yang demikian. Entahlah, saat ini banyak sekali orang yang mengaku  kesusahan secara ekonomi, namun ketika ada bantuan yang diberikan kepadanya, justru digunakan untuk hal-hal yang tidak urgent. Padahal saya pribadi biasanya menolong teman karena dia sangat butuh untuk pemenuhan kebutuhan pokok diantaranya sandang, pangan dan papan.

Saat ini kita hidup di lingkungan masyarakat yang makin kompleks. Tidak hanya tetangga sebagai individu lain yang berinteraksi dengan kita, namun juga ada rekan kerja bahkan ada juga teman-teman online yang sering berkomunikasi meskipun melalui Whatsapp Group saja. Tak jarang ada seseorang yang sukanya curhat galau secara online di media sosial kalau dirinya sedang mengalami kesulitan, sehingga sebagian besar teman onlinenya akan iba hingga akhirnya memberikan donasi. Saya pernah dengan ikhlas memberikan donasi kepada teman online yang pernah curhat di media sosial. Meskipun akhirnya sempat terpikir, apakah bantuan saya digunakan secara amanah oleh teman online tersebut, namun akhirnya saya tepiskan perasaan itu.

Bagi saya ketika sudah berniat untuk memberikan donasi atau bantuan, maka akan saya lupakan dan tidak berusaha mencari tahu apakah bantuan tersebut sudah tepat sasaran atau digunakan untuk hal lain yang tidak ada hubungan dengan curhatannya kala itu.

Saya jadi teringat dengan curhat teman (lagi-lagi dengerin curhat orang lain nih) yang merasa kesal karena saudaranya berutang uang namun di kemudia hari diketahui bahwa uang hasil meminjam ke teman saya tersebut digunakan untuk berlibur ke luar kota. Padahal akad di awal meminjam uang adalah untuk membeli kebutuhan rumah tangga. Untungnya utang tersebut dibayar tepat waktu oleh saudara teman saya. Coba kalau dibayar telat atau bahkan tidak dibayar sama sekali. Bukankah kita hidup di zaman "orang yang memiliki utang jauh lebih galak dibanding yang memberikan utangnya", hahaha.

Pada kesempatan kali ini, meskipun terlambat namun saya ingin tetap menulis topik yang sudah dipilihkan temannya oleh Kompasiana yaitu "Beramal, Waspada Penipuan.

Ada beberapa kasus yang saya baca di beberapa media online yaitu modus penipuan kotak amal di masjid menggunakan QRIS palsu. Untuk berita selengkapnya, kalian bisa membaca link ini https://www.kompas.tv/feature/397179/heboh-penipuan-modus-qris-palsu-kotak-amal-di-masjid-pakar-keamanan-siber-beber-cara-tangkalnya

Tentu saja ada rasa tak ikhlas manakala kita pernah merasa beramal di masjid yang mungkin pernah kita datangi untuk sholat dan masukkan sejumlah uang ke dalam kotak amalnya, namun ternyata penipu dengan lihai mengganti kode QRIS milik penipu menggantikan QRIS milik masjid tersebut.

Lalu apakah teman yang pernah curhat online di media sosial tentang kesulitan ekonomi dalam hidupnya, lalu ketika mendapat donasi dari teman-temannya ternyata digunakan dengan tidak tepat guna, bisa dikatakan sebagai penipuan? Hehehe, rasanya kurang bijak juga kalau kita menyebutnya demikian. 

Ketika Ragu Untuk Beramal, Apa yang Harus Kita Lakukan

Sebenarnya saya dan juga beberapa orang mungkin pernah mengalami rasa ragu ketika ingin beramal dengan membantu teman atau kerabat yang mengalami kesulitan keuangan. Atau saya pribadi kadang merasa ragu dengan akun-akun di media sosial yang sering mengunggah konten tentang seseorang yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Dalam hati saya berkata, "jangan-jangan ini hanya konten, yang ujung-ujungnya membawa keuntungan bagi si pemilik konten tersebut atas tindakannya menayangkan potret seseorang yang kesulitan secara ekonomi".

Walau sebenarnya saya ingin menolong dengan transfer sejumlah uang sesuai kemampuan, namun terkadang hati kecil memberontak dan mempertanyakan apakah benar orang tersebut sedang mengalami kesulitan secara finansial.

Ada beberapa cara ketika kita ragu untuk beramal, namun hati kecil ingin melakukan niat baik tersebut:

1. Lakukan Pengecekan Latar Belakang

Pengecekan sebelum kita benar-benar merealisasikan tujuan untuk berdonasi kepada seseorang yang membutuhkan mungkin terkesan ribet ya. Bisa jadi kalau ada yang tahu tentang keinginan kita melakukan pengecekan tentang benar tidaknya seseorang membutuhkan bantuan, akan berkata "mau beramal saja kok pakai dicek segala".

Tentu tak segampang itu orang lain melakukan penilaian terhadap apa yang kita lakukan. Bisa jadi kita melakukan pengecekan latar belakang seseorang yang ingin kita bantu secara finansial, dikarenakan pernah ada berita miring mengenai individu tersebut sebelumnya. Misalnya saja sebelum kita berdonasi, pernah ada aksi donasi serupa untuk membantu si fulan, namun di kemudian hari diketahui si fulan tidak menggunakan uang dari para donatur sebagaimana mestinya.

2. Bantu Sesuai Kemampuan Finansial dan Keikhlasan Hati

Teman saya memiliki teman online yang berjualan makanan ringan seperti kacang, dan camilan lainnya. Kebetulan tidak sengaja teman saja searching di Instagram dan menemukan profile teman onlinenya itu menjual berbagai macam camilan. Karena teman saya butuh camilan untuk di rumah, akhirnya dia rutin memesan camilan di teman onlinenya itu, sebut saja namanya fulan. Singkat kata, teman saya pun akhirnya melanjutkan pemesanan melalui chat di Whatsapp.

Di kemudian hari teman saya sering melihat status WA si fulan sering sekali mengeluh kondisi keuangan keluarganya. Sebagai single mom yang usahanya berjualan camilan tidak menentu, si fulan pernah beberapa kali meminjam uang kepada teman saya. Sekali dua kali, teman saya pun memberikan pinjaman, kadang diberinya sebagai bantuan tanpa minta untuk dikembalikan. Selain itu juga, teman saya pun sering order camilan yang dibuat oleh si Fulan, dengan maksud untuk menolong. 

Sampai akhirnya teman saya sudah berada di titik rasa kesal karena si fulan terus menerus meminjam uang, dimana sudah tidak dikabulkan oleh teman saya. Akhirnya sekarang teman saya pun berbelanja camilan seperlunya saja di tempat si fulan sesuai dengan kemampuan finansial serta keikhlasan hati yang dimiliki.

Dari peristiwa yang dialami oleh teman saya, kita belajar mengenal karakter bahwa ada individu yang terkadang memanfaatkan kebaikan orang lain yang telah menolongnya. Apabila kita menemui hal tersebut, maka jangan pernah merasa tidak enak atau merasa berdosa apabila kita tegas tidak ingin menolongnya. Bukan karena kita tidak memiliki hati nurani, namun justru sebagai pembelajaran bahwa kita hidup tidak untuk menyenangkan orang lain dengan membantu mereka.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun