Saya paling suka apabila diajak berdiskusi bersama beberapa teman dekat. Diskusi seputar apa saja, terutama mengenai kehidupan ini. Dan semoga apa yang saya bersama teman diskusikan itu bukanlah ghibah semata, namun dapat membuat kami jadi merenung mengenai apa yang sudah kami perbuat selama hidup ini. Tentunya diskusi yang kami lakukan akan membawa pada langkah untuk memperbaiki apabila dirasa selama ini kurang tepat dalam menjalani hidup.
Tahun 2024 masih menginjak bulan keempat atau lebih tepatnya bulan April. Saya pribadi ingin berusaha menjadi pribadi yang lebih rendah hati dan hidup bersahaja. Tidak ingin meniru gaya hidup sebagian teman, yang menurut saya terlalu berlebihan. Inginnya sih menganut frugal living namun tetap mengedepankan konsep self love juga.
Baru saja menerima curhatan teman yang mengeluh tagihan listriknya berada di nominal menyentuh satu juta rupiah. Padahal dia tinggal di perkampungan bukan komplek perumahan. Usut punya usut ternyata penggunaan Air Conditioner (AC) di rumahnya menyala terus hampir 24 jam. Wow banget yak! batin saya kala itu. Padahal penggunaan AC di rumah terlalu sering pun mungkin kurang baik juga untuk kesehatan fisik dan juga kesehatan dompet penghuni rumah.
Lalu ada lagi cerita dari teman lainnya bahwa dia baru saja membeli gadget keluaran terbaru. Teman tersebut menganggap pembelian gadget mahal tersebut merupakan kesempatan emas karena sedang ada promo cicilan kartu kredit 0%. Dalam hati, saya berujar kalau mungkin itu cicilan saya maka tidak akan bisa tidur deh rasanya memikirkan cicilan yang lumayan besar juga setiap bulannya.Â
Bersyukur saya bukan tipe orang yang kepengen begitu lihat barang branded dan bernafsu untuk membeli, tanpa memikirkan risiko di kemudian hari. Risikonya adalah tentu saja berkaitan dengan kondisi finansial yang kadang suka tak bisa ditebak. Toh dengan memiliki gadget yang saya miliki sekarang dimana harga belinya tak fantastis, saya masih bisa membuat konten video dan juga menulis. Bukankah kepemilikan benda itu berdasarkan fungsinya saja sudah cukup? Tak perlu memikirkan gengsi apakah barang yang kita miliki merupakan barang branded atau tidak.Â
Masih ingat dalam memori saya ketika pandemi Covid 19 terjadi di Indonesia tahun 2020. Siapa yang menyangka bakal ada pandemi yang menyebabkan sebagian usaha gulang tikar, sebagian karyawan terpaksa dirumahkan bahkan ada yang sampai di-PHK. Mungkin saya termasuk salah satu dari sekian juta warga negara Indonesia yang terdampak Covid 19 kala itu, sehingga menjadikan diri ini banyak melakukan instrospeksi agar lebih melek finansial lagi. Melek finansial dalam artian kita tidak boleh terlena dengan zona nyaman seperti rutin mendapat gaji bulanan dan fasilitas lainnya.Â
Merencanakan keuangan untuk masa depan, itu lebih penting dibanding memiliki barang hanya demi gengsi semata. Hal ini dikarenakan kita tidak akan pernah tahu kehidupan mendatang. Musibah dan ujian hidup bisa jadi datang tiba-tiba tanpa permisi. Kita tidak bisa mengatur keinginan Tuhan kepada hamba-Nya. Yang kitaÂ
Oleh karena itu, penting sekali menerapkan hidup sederhana dan bersahaja tanpa perlu malu dengan penilaian orang-orang sekitar. Saya masih melihat sebagian teman di sekitar saya, merasa malu apabila punya barang butut sehingga rela untuk berutang demi tampak berkelas. Akhirnya rela membuka pinjaman online atau mengajukan kartu kredit demi terpenuhinya kebutuhan yang sebenarnya bukan kebutuhan primer.
Cara Merencanakan Hidup Sederhana Versi Saya
Setiap orang pasti memiliki caranya masing-masing untuk dapat menerapkan hidup sederhana. Begitu juga halnya dengan saya. Bersyukur ada topik pilihan dari Kompasiana yaitu "Hidup Sederhana Dengan Terencana", dimana saya bisa mencoba merumuskan bagaimana sih cara saya dalam merencanakan hidup sederhana, tanpa perlu khawatir dan juga malu dengan kepemilikan barang yang tak mewah namun memiliki fungsi sebagaimana mestinya.
1. Tidak Membeli Barang dan Perabotan Rumah Berlebihan
Frugal Living merupakan konsep penerapan gaya hidup sederhana dan lebih difokuskan kepada pengelolaan keuangan yang matang serta terencana. Yang perlu diingat bahwa Frugal Living bukanlah pelit namun lebih mengarah kepada bijak dalam mengatur keuangan.