Berasa banget ketika saya sedang melakukan perjalanan dari rumah ke kantor menggunakan ojek online, di Ibukota Jawa Timur saat ini banyak melihat berbagai spanduk di sudut kiri dan kanan jalan. Benar sekali, saat ini kita sedang memasuki tahun dimana akan diselenggarakan Pemilihan Umum tahun 2024, dimana selain memilih Presiden, kita sebagai warga negara Indonesia juga diharapkan dapat berpartisipasi dalam memilih wakil rakyat yang akan duduk di kursi Parlemen.
Pemandangan ini tentu saja dapat kita maklumi, karena semua calon tentu berharap dapat memenangkan kontestasi dalam Pemilu 2024 ini. Baik itu calon Presiden maupun calon wakil rakyat yang akan duduk di parlemen.
Saya pribadi tidaklah mempermasalahkan banyaknya spanduk tegak berdiri, milik para paslon Presiden maupun wakil rakyat. Hal ini dikarenakan kita hidup di negara demokrasi. Ketika Pemilu tiba, tentu saja adanya spanduk calon Presiden dan calon wakil rakyat sebagai bagian dari kampanye, adalah wajar adanya. Hal tersebut bertujuan sebagai upaya meyakinkan pemilih untuk memilih calon wakil rakyat dan juga calon presiden.
Ada banyak cara bagi para paslon presiden, calon wakil rakyat serta partai yang akan mengikuti Pemilu meyakinkan masyarakat untuk memilih mereka, sebut saja:
- Melalui alat peraga kampanye seperti spanduk, pamflet, baliho serta brosur yang terpasang di beberapa sudut kota. Tentunya harus melalui perizinan dari pemerintah setempat.
- Melalui iklan di media massa cetak, media sosial, media elektronik maupun media lainnya
- Pertemuan tatap muka antara paslon Presiden dan Wakil Presiden bersama pendukungnya
- Dan masih banyak kegiatan lain yang sifatnya tidak melanggar peraturan perundang-undangan.
Tentu saja sebagai bagian dari warga negara Indonesia, saya pun ikut senang dengan adanya Pemilu setiap 5 tahun sekali. Selain ketika hari pencoblosan tiba, kantor biasanya diliburkan, momen Pemilu dapat dijadikan sebagai bagian dari partisipasi warga negara Indonesia dalam demokrasi negara tercinta ini.
Saya yakin setiap dari kita sudah memiliki pilihannya masing-masing terhadap paslon Presiden maupun Wakilnya. Namun jangan sampai perbedaan pilihan dalam Pemilu menimbulkan konflik dengan kerabat bahkan saudara. Rasanya tidak enak banget kan, kalau hubungan keluarga renggang hanya gara-gara beda pandangan dalam hal politik. Apalagi misalnya kita menjadi netizen yang saling hujat di kolom komentar akun media sosial milik paslon Presiden maupun Wakilnya. Sungguh kekanak-kanakkan sekali.
Cara Bijak Agar Hubungan Tidak Renggang Gegara Pemilu
Rasanya tidak bijak apabila harus memutuskan tali silaturahmi hanya gara-gara beda pandangan politik. Tahun 2014 dan 2019, saya mencoba mengamati di beberapa media sosial khususnya di kolom komentar para paslon Presiden dan Wakil, banyak sekali netizen yang saling serang membela pilihannya dan menghujat yang bukan pilihannya, meskipun mereka sendiri tidak saling kenal.
Ada beberapa tips agar hubungan pertemanan tidak renggang hanya karena perbedaan pandangan dalam hal politik, misalnya saja:
- Cukup menyimpan dalam hati siapa paslon yang akan dipilih ketika Pemilu nanti.
- Jika ingin memberikan pendapat terhadap paslon yang berseberangan, gunakan kalimat yang santun dan tidak menghujat
- Apabila mendengar kerabat maupun teman berbeda dalam pilihan politiknya, maka hormati pilihan mereka. Tentunya kita juga ingin pilihan kita dihormati kan!
- Hindari perdebatan apabila pembicaraanmu dengan teman mengenai politik sudah hampir "memanas"
Saya sendiri hanya mengamati fenomena yang sedang terjadi di saat tahun politik berlangsung, dan tidak ingin memberikan pendapat secara terbuka karena merasa tidak berkompeten di bidangnya. Yang pasti, sebagai warga negara Indonesia yang baik, saya akan menggunakan hak pilih saya dalam Pemilu 2024 ini.
Mari kita sukseskan Pemilu 2024 dengan damai dan juga bijak.