Pernah gak sih kalian merasa kok hidup begini-begini saja, sementara teman masa kecil sudah sukses dengan pencapaian karir dan juga keluarga yang harmonis. Melihat prestasi orang lain, lalu kemudian membandingkan dengan diri sendiri, sambil bertanya kepada Tuhan, "Kenapa nasibku tidak seberuntung dia?".
Kalau pernah terbersit atau bahkan sering bertanya seperti itu kepada Tuhan?
Maka saran saya segera buang jauh-jauh keinginan untuk selalu membandingkan diri sendiri dengan pencapaian orang lain.Â
Membandingkan diri dengan orang lain itu akan memiliki nilai positif apabila kita punya tekad untuk bisa lebih baik lagi ke depannya dalam hidup. Namun kalau hanya untuk meratapi nasib, lalu untuk apa kita membandingkan diri dengan orang lain. Buang-buang energi saja!
Ada banyak curhatan dari teman mengenai rasa ingin membandingkan diri mereka dengan orang lain, misalnya saja:
- Ketika si Fulan sudah mendapat pekerjaan sementara teman saya curhat kalau dirinya sulit sekali lolos interview dan diterima menjadi karyawan.Â
- Ketika si Fulan sudah mendapat jodohnya terlebih dahulu sementara teman saya belum juga menemukan pendamping hidup yang cocok.
- Ketika si Fulan sudah dikaruniai keturunan padahal baru menikah selama 2 tahun, sementara teman saya sudah bertahun-tahun menikah namun belum juga diberi momongan.
- Dan berbagai curhatan lainnya yang bertujuan membandingkan diri sendiri dengan pencapaian orang lain.
Saya pun pernah merasa pencapaian dalam hidup ini tidak sebanding dengan pencapaian teman-teman saya di masa kecil. Namun segera saya usir perasaan negatif tersebut dan buru-buru melihat bahwa masih banyak di luar sana orang yang tidak seberuntung saya. Lho kok bisa? Karena saya masih diberi nikmat bisa menempuh pendidikan sampai jenjang universitas, masih memiliki pekerjaan dan tentunya masih memiliki keluarga yang hangat serta penuh cinta kasih.
Sementara di luar sana mungkin masih banyak orang bergelut dengan kompetisi melamar pekerjaan, tidak bisa menempuh pendidikan sampai jenjang universitas dan mungkin memiliki keluarga yang broken home. Bahkan hal sekecil apapun harus kita syukuri di dunia ini.
Percayalah, bahwa hidup kita bisa jadi impian bagi beberapa orang di luar sana (quote itu pernah saya baca ketika sedang scroll TikTok).
Kita tidak perlu terdistraksi dengan pencapaian orang lain, lantas menjadi putus asa karena ternyata mengetahui bahwa kita belum berhasil seperti mereka.Â
Cara Mencintai Diri Sendiri Tanpa Perlu Membandingkan Dengan Orang Lain
Saya pribadi berusaha untuk bertumbuh ke arah yang lebih baik dalam hidup ini. Ada beberapa cara mencintai diri sendiri tanpa perlu membandingkan dengan orang lain, diantaranya:
1. Buat Rencana lalu Fokus Pada Diri Sendiri
Ketika hendak mencapai suatu tujuan dalam hidup, tentunya kita harus membuat rencana terlebih dahulu donk. Hal ini agar tujuan hidup kita menjadi lebih jelas. Misalnya saja ketika kita memiliki tujuan untuk melakukan ibadah umroh, maka salah satu rencana yang harus segera direalisasikan adalah menabung pastinya agar bisa terkumpul dana untuk umroh.Â
Jangan sampai rencana Anda buyar dan terdistraksi manakala ternyata sahabat karib Anda sudah melakukan umroh ke Tanah Suci Mekkah terlebih dahulu. Sudahlah, mungkin sudah rezeki sahabat Anda untuk bisa melakukan ibadah umroh terlebih dahulu. Bukan berarti dia menjadi rival Anda.
Fokus pada diri sendiri yaitu dengan menabung dan berlatih tata cara beribadah selama umroh, saya rasa menjadi solusi tepat dibanding Anda harus meratapi nasib karena sahabat karis sudah pergi Umroh duluan.
2. Jangan Lupa Bersyukur
Melihat teman-teman kuliah sebagian besar sudah bekerja di perusahaan ternama, sementara Anda masih sibuk mengirim email lamaran kerja ke beberapa perusahaan, membuat Anda berkecil hati. Bukan seperti itu cara yang benar.Â
Cintai diri sendiri dengan banyak bersyukur kepada Tuhan, karena walaupun masih menganggur tapi orang tua masih memberikan support dana kepada Anda. Bersyukur karena Anda bukan generasi sandwich dimana harus memenuhi kebutuhan hidup adik dan orang tua.Â
Bisa saja teman-teman yang sudah terlebih dahulu bekerja tersebut justru mereka menjadi tulang punggung keluarga sehingga harus bekerja keras demi pemenuhan kebutuhan hidup.
Terkadang apa yang terlihat indah di depan mata kita, belum tentu sesuai dengan kenyataan hidup yang sebenarnya.
3. Sadari Bahwa Anda Memiliki Keunikan dan Punya Potensi
Mungkin Anda memang tidak ditakdirkan menjadi karyawan, namun bisa jadi Tuhan mentakdirkan Anda menjadi bos yang memiliki ratusan karyawan misalnya. Maka Anda harus melihat peluang dari dalam diri sendiri dan tidak berkecil hati ketika tak juga mendapatkan pekerjaan yang diimpikan.
Segera alihkan rencana hidup Anda menjadi peluang bagi diri sendiri untuk berkembang. Tingkatkan skill dan coba introspeksi, peluang apa yang bisa diciptakan agar Anda tidak menunggu terus menerus kapan menjadi karyawan.
Dukungan dari keluarga dan kerabat sangatlah penting, oleh sebab itu seringlah bertukar pikiran dengan orang lain yang memang berkompeten di bidangnya. Percayalah, di balik kegagalan versi diri sendiri, pastinya ada potensi dan keunikan yang bisa digali dari kalian.
Penutup
Jangan terus menerus membandingkan diri sendiri dengan prestasi maupun pencapaian orang lain. Kita akan lelah dibuatnya dan bisa menjadi stress yang berujung pada memburuknya kesehatan mental.
Cintai diri sendiri versi kalian dan cari peluang di setiap takdir hidup kita.
Semoga menginspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H