Selama bulan Ramadan, tentu ada banyak waktu luang yang bisa kita lakukan menjelang berbuka puasa dan saat menunggu azan Subuh. Setelah makan sahur, rasanya tidak mungkin kalau kita langsung tidur. Selain kurang baik untuk kesehatan karena baru saja makan, tentu jangan sampai kita lewatkan sholat Subuh yang memiliki banyak keutamaan.
Nah, daripada bengong tidak ada kerjaan, maka ada baiknya kita melakukan beberapa hal bermanfaat di waktu tersebut. Adapun aktivitas bermanfaat yang bisa kita lakukan di saat menunggu waktu berbuka puasa dan setelah sahur antara lain:
- Tadarrus Al Qur'an
- Mencoba kreasi kue lebaran
- Menonton ceramah agama online
- Menonton Film Religi
Untuk point nomor 4 ini bagi saya merupakan hal asyik untuk dilakukan. Tentu saja karena saya ini orangnya suka banget nonton film. Suatu ketika sempat terbersit dalam pikiran, kenapa waktu senggang di kala menunggu buka puasa, tidak saya gunakan untuk menonton film religi saja ya. Toh, banyak sekali manfaat yang bisa kita petik setelah menonton film religi, sebut saja:
- Memberikan motivasi bagi kita untuk lebih dekat kepada Allah SWT. Hal ini secara tak langsung akan mempertebal keimanan kita terhadap Allah SWT.
- Di beberapa film religi dapat memperkenalkan kita pada sejarah perkembangan Islam di dunia.
- Sebagai pengingat kita bahwa dunia hanya tempat tinggal sementara, dan akhirat merupakan sebaik-baik tempat manusia kembali.
- Mengambil hikmah positif dari alur cerita yang ditayangkan di film religi tersebut
Nah, karena saya terkadang suka bernostalgia dengan film lawas maka saya pun mencoba menonton kembali film religi yang sudah diputar beberapa tahun lalu namun masih menarik untuk ditonton. Hal ini dikarenakan saya pernah menonton film tersebut bersama ibu, sehingga ada kenangan tersendiri.
Rekomendasi 3 Film Religi Lawas Untuk Ditonton
Ketika Cinta Bertasbih
Saya sangat senang ketika mendengar ada film Indonesia bertema religi ditayangkan di bioskop ketika tahun 2009. Maklum saja, saya termasuk orang yang jarang ke bioskop. Ketika Cinta Bertasbih bisa dibilang film pembuka bagi saya untuk menonton film-film religi Indonesia lainnya.
Pertama kalinya saya menonton film bersama Ibu di bioskop. Senang banget pastinya menghabiskan waktu berkualitas bersama Ibu di tahun 2009, di saat Ibu masih kuat berjalan.
Seketika Oki Setiana Dewi dan Kholidi Asadil Alam menjadi public figure yang dikenal dan digandrungi oleh kaum milenial kala itu, dimana film Ketika Cinta Bertasbih mendapat respon sangat positif oleh masyarakat Indonesia.
Lagi-lagi alur cerita novel berjudul Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy berhasil untuk dijadikan film layar lebar dan mendulang kesuksesan di masyarakat.
Adalah Khairul Azzam yang menjadi tokoh utama dalam film ini. Tentu saja Kholidi Asadil Alam memerankan tokoh Azzam dengan ciamik. Azzam merupakan mahasiswa dari Indonesia yang menuntut ilmu di Kairo.
Azzam bukan hanya mahasiswa biasa, namun dia juga berjuang untuk menafkahi ibu dan adiknya yang berada di tanah air. Di Kairo, Azzam bekerja membuat dan menjual tempe demi bisa memberi nafkah keluarga, sampai-sampai dia tidak juga menamatkan kuliahnya.
Selain bercerita mengenai perjuangan hidup Khairul Azzam, penonton juga dapat menyaksikan perjuangan Azzam dalam mencari jodohnya. Adalah Anna Althafunnisa yang diperankan oleh Oki Setiana Dewi yang akan menjadi jodoh Azzam di film Ketika Cinta Bertasbih.
Pesan moral yang didapat setelah menonton film Ketika Cinta Bertasbih adalah, bagaimana bakti anak terhadap Ibu dimana Azzam masih tetap bertanggung jawab menafkahi Ibu dan keluarganya setelah ayahnya wafat di tahun pertama dia berkuliah.
Dalam Mihrab Cinta
Saya menonton film Dalam Mihrab Cinta bersama ibu kalau tidak salah di bulan Desember 2010. Jadi kedua kalinya saya dan ibu menonton film di bioskop. Di tahun-tahun itu, keberadaan film religi Indonesia sudah mulai banyak mengalami perkembangan, sehingga mengundang antusiasme penonton untuk datang ke bioskop dan menyaksikan film religi Indonesia.
Saya tertarik dengan film Dalam Mihrab Cinta karena dibintangi oleh Dude Harlino, hehehe. Klise banget ya alasannya. Maklum saja, kala itu Dude Harlino sangat digandrungi oleh ibu-ibu dan perempuan pecinta sinetron Indonesia.
Dalam Mihrab Cinta sendiri awalnya merupakan judul sebuah novel karya Habiburrahman El Shirazy yang diangkat ke dalam film layar lebar. Dalam Mihrab Cinta bercerita mengenai perjuangan seorang pemuda Muslim bernama Syamsul yang diperankan oleh Dude Harlino. Syamsul merupakan santri yang menuntut ilmu di sebuah pesantren dan terpaksa harus dikeluarkan karena difitnah telah mencuri uang milik santri lainnya. Dan yang melakukan fitnah adalah temannya sendiri sesama santri yang bernama Burhan, diperankan oleh Boy Hamzah
Karena perbuatan yang tidak dilakukannya, Syamsul dikucilkan tidak hanya oleh pesantrennya, dia juga ditolak oleh keluarganya. Hingga akhirnya Syamsul merantau ke Jakarta namun sempat salah jalan karena dia menjadi pencopet untuk menghidupi dirinya.
Singkatnya, film ini menceritakan bahwa orang yang melakukan fitnah, maka perbuatan jahatnya akan kembali pada dirinya sendiri. Burhan yang telah memfitnah Syamsul akhirnya menerima hukuman atas kejahatan yang telah dibuatnya.
Dampak fitnah di kehidupan juga sangat berbahaya. Lihatlah yang terjadi pada Syamsul di film Dalam Mihrab Cinta. Karena fitnah yang dilakukan Burhan, hidup Syamsul jadi berantakan. Dia ditolak di pesantren tempatnya menuntut ilmu. Tidak hanya itu, keluarganya pun menolak sehingga Syamsul harus merantau ke Jakarta demi mencari penghidupan yang lebih baik.
Semoga rekomendasi film religi lawas dari saya dapat kalian tonton juga ya sembari menunggu waktu berbuka puasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H