Pesan moral yang didapat setelah menonton film Ketika Cinta Bertasbih adalah, bagaimana bakti anak terhadap Ibu dimana Azzam masih tetap bertanggung jawab menafkahi Ibu dan keluarganya setelah ayahnya wafat di tahun pertama dia berkuliah.
Dalam Mihrab Cinta
Saya menonton film Dalam Mihrab Cinta bersama ibu kalau tidak salah di bulan Desember 2010. Jadi kedua kalinya saya dan ibu menonton film di bioskop. Di tahun-tahun itu, keberadaan film religi Indonesia sudah mulai banyak mengalami perkembangan, sehingga mengundang antusiasme penonton untuk datang ke bioskop dan menyaksikan film religi Indonesia.
Saya tertarik dengan film Dalam Mihrab Cinta karena dibintangi oleh Dude Harlino, hehehe. Klise banget ya alasannya. Maklum saja, kala itu Dude Harlino sangat digandrungi oleh ibu-ibu dan perempuan pecinta sinetron Indonesia.
Dalam Mihrab Cinta sendiri awalnya merupakan judul sebuah novel karya Habiburrahman El Shirazy yang diangkat ke dalam film layar lebar. Dalam Mihrab Cinta bercerita mengenai perjuangan seorang pemuda Muslim bernama Syamsul yang diperankan oleh Dude Harlino. Syamsul merupakan santri yang menuntut ilmu di sebuah pesantren dan terpaksa harus dikeluarkan karena difitnah telah mencuri uang milik santri lainnya. Dan yang melakukan fitnah adalah temannya sendiri sesama santri yang bernama Burhan, diperankan oleh Boy Hamzah
Karena perbuatan yang tidak dilakukannya, Syamsul dikucilkan tidak hanya oleh pesantrennya, dia juga ditolak oleh keluarganya. Hingga akhirnya Syamsul merantau ke Jakarta namun sempat salah jalan karena dia menjadi pencopet untuk menghidupi dirinya.
Singkatnya, film ini menceritakan bahwa orang yang melakukan fitnah, maka perbuatan jahatnya akan kembali pada dirinya sendiri. Burhan yang telah memfitnah Syamsul akhirnya menerima hukuman atas kejahatan yang telah dibuatnya.
Dampak fitnah di kehidupan juga sangat berbahaya. Lihatlah yang terjadi pada Syamsul di film Dalam Mihrab Cinta. Karena fitnah yang dilakukan Burhan, hidup Syamsul jadi berantakan. Dia ditolak di pesantren tempatnya menuntut ilmu. Tidak hanya itu, keluarganya pun menolak sehingga Syamsul harus merantau ke Jakarta demi mencari penghidupan yang lebih baik.
Semoga rekomendasi film religi lawas dari saya dapat kalian tonton juga ya sembari menunggu waktu berbuka puasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H