Jika zaman sekarang semua momen dalam hidup ini bisa diabadikan ke dalam kamera di handphone, maka tidaklah demikian dengan kenangan di tahun 90an. Memang di tahun 90an sudah ada kamera blitz yang menggunakan gulungan roll film untuk mengambil gambar, namun tidak semua orang memilikinya. Harganya cenderung mahal sehingga ketika kami gunakan untuk mengabadikan momen kebersamaan, harus sehemat mungkin agar roll filmnya tidak cepat habis. Maklum saja, harga roll film cukup mahal di tahun tersebut, belum lagi ongkos cuci filmnya.
Jika zaman sekarang dengan mudahnya mengunggah segala foto kebersamaan dengan keluarga saat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan ke media sosial, maka ketika tahun 90an, saya cukup puas memandangi hasil foto ketika ada acara buka puasa bersama di kantor almarhum Bapak. Atau saya cukup puas ketika guru di sekolah menunjukkan hasil foto dokumentasi pesantren kilat 2 malam di sekolah, dimana ada wajah saya nongol di salah satu momen.
Akan tetapi hal tersebut tidaklah menjadi masalah bagi saya, karena setelah dirasakan ternyata saya kangen sekali dengan kenangan puasa di tahun 90an. Keluarga yang lengkap berkumpul di meja makan, tanpa sibuk dengan gawai masing-masing, saling menggoda antara saya dan kedua kakak, bahwa azan Maghrib sudah terdengar, padahal belum. Itulah kehangatan yang saya rindukan hampir 30 tahun lalu.
Bagaimana dengan kalian? Nostalgia masa kecil apa yang kalian rindukan di saat Ramadan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H