  "Aksa! Tembak itu tembak!" Mereka berdua hanya bermain game tanpa memikirkan teman-teman yang lain.Â
Hal itu membuat teman-teman lain kesal, terutama Jingga yang bekerja satu tim bersama mereka.
  "Aksa! Bagas! Ayo kerja dong, jangan cuma main game doang!" Kesal Jingga sambil berteriak kepada Aksa dan Bagas.Â
  "Santai dong Jing, ini udah mau selesai mainya, sekali lagi deh terakhir ini," Saut Aksa yang masih memegang gadgetnya.Â
Mendengar ucapan Aksa, Jingga pun merasa kesal dan mulai naik pitam.Â
  "Dari kemarin kalo disuruh kerja malah main game terus, pikirin juga dong tanggung jawabmu!" Teriak Jingga kepada Aksa dan Bagas sambil memukul meja.
  "Loh, kamu juga marah-marah terus dari kemarin kenapa sih? Berisik tau ngga, udah itu kerjakan saja tugasmu. Ngga usah ngurusin orang lain!"Ujar Bagas dengan nada yang mulai meninggi.Â
Situasi saat itu mulai memanas, mereka saling beradu mulut dan saling menjatuhkan. Teman-teman yang lain berusaha untuk melerai mereka dan pada akhirnya mereka berhasil dipisahkan.
 "Baik kalo gitu kalian kerjakan saja semuanya sendiri!" Jingga berteriak sambil berjalan kesal keluar dari kelas.Â
Dia merasa tidak dihargai oleh Aksa dan Bagas, maka dari itu Jingga merasa kesal kepada Aksa dan Bagas.
Di saat itu seketika suasana kelas menjadi hening. Teman-teman yang lain merasa kebingungan bagaimana cara  untuk menenangkan Jingga, Aksa dan Bagas. Namun, di tengah-tengah itu Fani mencoba untuk menguatkan kami.
