Diantara banyaknya pilihan kegiatan di dunia maya, saya kurang menyukai aktivitas chatting. Yes, chatting. Cara hemat berkomunikasi antar dua orang atau lebih lewat perantara MiRC, Gtalk, MSN, dan yang paling digemari kebanyakan orang: YM.
Bagi saya, aktivitas chatting hanya bisa dilakukan ketika saya harus komunikasi dengan klien bisnis saya yang hanya bisa dilakukan lewat media chatting. Atau orang itu saya kenal dekat. Selain itu, rasanya malas mengajak ngobrol manusia asing di seberang sana yang belum jelas 'bentuk'nya. Wong, di sekitar saya masih banyak manusia yang ingin mengobrol … lha saya kok tega chatting bersama manusia asing yang gak kelihatan bentuknya, meskipun ada fasilitas webcam.
Terhitung, sejak pekan lalu, sepertinya saya mulai bersahabat dengan chatting. Kegiatan chatting bermula dari keisengan saya masuk Singapore’s Room. Yes, saya iseng. Iseng yang muncul gara- gara saya kelamaan menunggu kedatangan seorang teman di saat hujan deras. Iseng yang muncul gara- gara saya hanya ingin mengetes kemampuan percakapan bahasa inggris yang belum juga mencapai TOEFL 600. Iseng, yang kini berlanjut melalui berkirim sms. Alamak.
Saya mulai menikmati chatting bersama teman- teman baru dari negeri seberang. Mostly, mereka berasal dari India, Pakistan, London, Cina dan Singapore. Populasi chatters India hampir mendominasi seluruh room di YM. Mereka dan saya berbahasa satu, bahasa Inggris. Tak masalah, grammar mereka dan saya melenceng dari aturan berbahasa Inggris yang baik. Toh, saya selalu berpesan “Sorry, my english not good enough.” Bagi yang sudah advance, mereka bersedia membantu menata lidah saya lebih baik. Hal ini sudah tentu membikin saya bersemangat untuk chatting. Hehe, saya tak perlu membayar native speaker untuk melancarkan lidah saya. Apalagi mereka tak segan berbagi pengetahuan soal negara asal, dsb.
Menariknya chatting bersama orang asing, mereka sangat terbuka dengan teman chattingnya. Di awal perkenalan, mereka tidak ragu bertanya langsung “Wanna sex talk blablabla ..”. Dan, jika Anda tidak mau, mereka langsung minta maaf dan pergi.
Hal ini sangat berbeda dengan laki- laki asing negeri sendiri yang saya temui. Arah cara berpikir mereka ketika chatting mudah sekali dibaca. Ini yang saya rasakan ketika 10 tahun lalu baru mengenal chatting, hingga beberapa hari lalu. Laki-laki indonesia memang tidak meninggalkan budaya ketimurannya yang masih kental. Mereka sopan, namun selalu berujung pada hal- hal tidak menyenangkan.
Belum lama ini, ada 2 kasus kekerasan seksual yang bermula dari kegiatan chatting. Sebelumnya seorang anak perempuan kabur dengan teman chatting di friendsternya. Dia tak hanya kabur membawa badan, tapi juga membawa beberapa barang berharga dari rumahnya. Dan, beberapa waktu lalu seorang rekan milis bercerita sahabatnya ditipu oleh teman chattingnya saat kopi darat. Tak hanya ditipu, tapi si perempuan juga diperkosa lalu ditinggalkan begitu saja di suatu tempat.
Sedikit tips terutama untuk perempuan ketika chatting :
1.Jangan pernah memberikan foto
Era dimana narcis sangat diperbolehkan, bukan berarti Anda menyebarkan begitu saja koleksi foto Anda dalam berbagai gaya. Anda tak mau kan suatu saat foto Anda muncul dalam keadaan tanpa selembar benang pun ? Atau diri Anda tercantum di dalam daftar perdagangan jual-beli perempuan ?
Yang lebih buruk lagi, bila teman dekat Anda itu senang bermain ilmu hitam. Duh, bisa- bisa Anda jadi korbannya.
2.Chatting-lah ala pria
Tahu bedanya perempuan dan laki- laki ? Yes, laki- laki ketika berhubungan dengan perempuan dalam berbagai kesempatan jarang melibatkan perasaan, mereka selalu mengedepankan logika. So, libatkan nalar Anda ketika sedang chatting.
Allrite, dia selalu menyediakan waktu mendengarkan curhat Anda. Lalu, menambahkan kata dear atau darling di depan nama Anda. Sebelum jam makan siang, dia sudah repot mengingatkan Anda agar tidak lupa makan siang, dsb.
But, wake up dear … dia tetap orang asing.
3.‘Memilih’ teman, enggak dosa kok
Ada beragam jenis manusia di belantara maya. Dari mulai yang baik, kelihatan baik sampai yang berpura- pura baik. Tak sedikit pula yang ‘sakit’ atau ingin menjadi ‘sakit’. Mengapa ingin menjadi sakit ? Sebab, di dunia maya, kita bisa bebas memainkan peran being someone. Mirip- mirip akting di sinetron indonesia.
Supaya nyaman, selalu tanyakan apa pekerjaannya. Lebih baik lagi, jika lawan chatting Anda itu well- educated atau setidaknya sadar pendidikan. Orang yang berpendidikan atau cinta pendidikan, entah itu dia hanya seorang "bukan-lulusan-Sarjana" otaknya tak melulu dipenuhi urusan bawah perut.
4.Paksakan diri Anda untuk menyertakan teman dalam kopi darat.
Pertemanan yang telah terjalin berminggu- minggu atau berbulan- bulan, tentu membutuhkan ajang pertemuan antar 2 individu. Buat perempuan, riskan rasanya bila Anda menemui
sahabat chatting Anda seorang diri. Teman anda tak bisa menemani ? Ooh dear, batalkan acara itu segera.
5.Chatting-lah dengan orang yang setidaknya Anda tahu identitasnya, misalnya dari situs pertemanan macam Facebook,dll.
Antara tahu dan kenal jelas berbeda. Siapa sih yang tidak kenal Azhari’s Sister alias Sarah Azhari, dkk ? Tapi berapa banyak yang tahu Azhari itu juga nama seorang pembuat bom ?
Tujuan chatting yang satu ini tentu berbeda dibandingkan chatting. Disini, Anda tidak lagi sedang dalam rangka berkenalan, namun ingin mengakrabkan diri. Anda pun bisa mengurangi sedikit rasa khawatir sebab sudah lihat bentuk manusianya, siapa temannya, apa minatnya, dsb.
So, chatting dengan makhluk asing, apakah dia produk dalem negeri atau bukan, ya pinter- pinter saja. Yang terpenting, jangan sampai bablas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H