Jikalau Kau Ingin Bicara, Katakan Saja…
Maria Febri Kristina
Seperti biasa
Usai ku selesai dari rutinitas harianku
Aku selalu menikmati indahnya sore di taman kota
Sambil melihat detik-detik Sang Surya masuk ke dalam perut bumi
Dan segera menyambut datangnya malam
Dengan berdiri tegaknya Sang Bulan di angkasa raya
Dan berjuta bintang bersebaran di sekitarnya
Sambil menunggu detik-detik masuknya Sang Surya masuk ke perut bumi
Aku pun duduk di salah satu bangku di taman itu
Sembari menikmati angin semilir yang berhembus sepoi-sepoi
Yang beberapa kali menyibakkan rambutku yang masih pendek
Oh betapa sejuknya engkau sang angin
Tak lupa, aku pun juga membawa buku yang baru saja aku beli
Dan masih tersisa banyak halaman yang belum ku baca
Canda dan tawa mewarnai suasana sore itu
Anak-anak kecil saling berkerjar-kejaran
Dan menambah ramai suasana sore taman kota itu
Dunia mereka selalu identik dengan dunia yang penuh dengan keceriaan
Aku pun tersenyum
Tatkala melihat salah satu dari ada yang saling jahil dengan teman mereka
Salah seorang teman mereka pun ada yang menangis
Tapi tak lama
Mereka kembali bermain akrab seperti semula
Ya, itulah dunia mereka
Dunia yang tak mengenal kata benci, marah, ataupun dendam
Bau harum aroma wedang rondhe
Ternyata perlahan membuatku merasa haus
Aku pun sejenak menghentikan buku yang beberapa halaman sudah ku baca
Dan menghampiri bapak penjual rondhe
Aku pun tak mempercepat langkah kakiku
Sambil menikmati sepoi angin yang sejuk berhembus secara perlahan
Sambil menunggu antrian penjual wedang rondhe itu
Aku pun memutuskan untuk duduk di salah satu bangku kosong dekat situ
Dan melanjutkan kembali buku yang belum juga usai untuk ku baca
Tak selang berapa seorang wanita muda duduk di sampingku
Aku pun berusaha untuk tetap membaca
Sambil membaca buku yang belum selesai
Dan mengamatinya dari balik buku ku
Dari wajahnya tersirat apa yang terjadi pada dirinya
Tersirat ekspresi kesedihan dari wajahnya
Aku tak tahu apa sebabnya
Aku hanya berusaha mengamati dia balik buku ku
Tak lama
Dari jauh aku mengamati penjual wedang rondhe itu
Rupanya ia sudah tampak sepi pembeli
Aku pun menutup kembali buku itu
Dan menaruhnya di kursi itu
Aku pun mulai melakukan langkahku
Menghampiri penjual wedang rondhe itu
Sengaja aku memesan 2 mangkuk
Satu untuk ku dan satu untuk perempuan muda itu
Aku berharap pemberianku yang tak seberapa bisa menghibur dan sedikit melegakannya
Dari tempat penjual wedang rondhe itu
Aku melihat perempuan itu masih belum berhenti mengeluarkan air matanya
Aku pun mulai melanjutkan langkahku menuju ke bangku itu
Tempat dimana aku menaruh buku yang belum juga usai aku baca
Tak selang beberapa lama
Aku pun kembali ke tempat duduk awal tadi
Dan mulai memberikan wedang rondhe yang sudah ku pesan untuk wanita itu
Tak lama
Setelah memberikan wedang rondhe itu
Tak ku duga
Perempuan muda itu pun langsung memeluk
Lagi-lagi tangisnya pun kembali pecah
Aku pun tak paham
Mengapa wanita muda justru malah semakin banyak mengeluarkan air mata?
Apa yang ku perbuat untuknya ini salah?
Tanya ku dalam hati
Tak lama
Tangis perempuan muda ini pun mulai mereda
Ia pun mulai terbuka dan menceritakan apa yang terjadi
Aku pun mulai mendengarkannya dengan penuh perhatian
Sambil menikmati wedang rondhe yang agaknya sudah mulai dingin
Karena terkena tiupan sepoi angin sore
Ternyata
Setelah beberapa saat mendengar curahan hati wanita muda itu
Sekarang aku pun paham
Mengapa ia mengeluarkan air mata dengan begitu derasnya
Ya, karena satu pergumulan hidupnya
Pergumulan yang membuat hidupnya merasa tak berguna
Iya sebuah kegagalan yang tak kunjung usai menghampiri hidupnya
Aku pun semakin bertanya padanya
Dan ia berkata dengan pelan padaku
Sebab ia merasa tak cocok dengan pekerjaan yang ada padanya saat ini
Sebut lain,
Ia merasa tertekan kala ia mendengar teman seangkatannya sudah berhasil meraih apa yang mereka impikan
Ya, itulah yang menjadi kesedihan hatinya
Aku pun bisa memahami apa dirasakannya
Sebab,
Aku pun pernah merasakan demikian pula
Tapi,
Aku berusaha untuk segera bangkit dan berusaha untuk tidak jatuh dalam kelam perasaan itu
Terlintas dalam pikiranku
Usia kita boleh bertambah, tapi belum memilliki pekerjaan yang memadai
Dan juga belum juga meraih mimpi yang selama ini kita impikan
Hidup kita pun seakan tidak berubah menjadi lebih baik
Mendengarkan curahan hatinya
Membuatku teringat pada suatu buku yang beberapa bulan lalu telah usai ku baca
Sebuah buku yang ditulis oleh Alan Cohen , salah seorang penulis di Amerika
Yang menuliskan demikian dalam buku itu
“ Ada dua macam orang di dunia ini. Yakni mereka yang seringkali suka mencari alasan dan ada pula mereka yang berusaha mencari keberhasilan”
Orang yang mencari alasan yaitu mereka yang mencari alasan dan selalu berkata apa yang dikerjakannya seringkali gagal dan selalu menemui jalan buntu.
Sedangkan
Orang yang mencari keberhasilan yaitu mereka yang selalu mencari alasan mengapa pekerjaannya dapat terhasil dan terselesaikan pula dengan baik
Sejenak,
Aku pun terdiam dan memajamkan mataku
Aku berkata dalam hati kecilku dan berbisik pelan
Semoga aku bisa menjadi orang yang selalu mencari keberhasilan
Bukan malah menjadi orang yang selalu mencari alasan
Ya, itulah harapan sederhanaku
Semoga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H