Mohon tunggu...
MARIA REVANA WAHYUAGUSTI
MARIA REVANA WAHYUAGUSTI Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hiiii

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

MEMORI YANG AMARTA

29 Januari 2024   20:04 Diperbarui: 31 Januari 2024   11:46 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

MEMORI YANG AMARTA

Hai kenalin namaku Nana, usiaku baru saja menginjak umur 15 tahun, saat ini, aku sedang duduk dibangku kelas 10 di sebuah SMA yang cukup terkenal di Yogyakarta. Dimasa ini aku harus berpisah dengan orang tuaku, Bisa dibilang aku merantau di kota orang, ya meskipun setiap minggu aku pulang. Namun itu semua kujalani dengan suka cita demi menempuh perjalanan pendidikan untuk mengejar dan menggapai cita-cita yang kuimpikan. Awalnya aku disini ikut program asrama namun ternyata diasrama tidak seindah yang ku bayangkan, karena asrama terdapat anak-anak dari berbagai provinsi Sabang sampai Merauke. Ternyata sangat susah bergaul dengan mereka, hingga akhirnya aku memutuskan untuk keluar dan pindah ke kost yang hanya berada di belakang sekolahku. Meskipun aku hidup sendiri tapi aku bersyukur karena masih ada teman yang mau berteman denganku secara baik dan teman yang selalu bersama dalam suka dan duka. Tidak hanya dalam sekolah saja namun diluar sekolah aku masih saja bertemu dengan orang baik. 

Tidak hanya beradaptasi dengan lingkungan baru saja, di sekolah aku harus beradaptasi juga dengan kurikulum yang baru yaitu kurikulum merdeka. Saat ini kami merupakan generasi pertama yang menggunakan kurikulum merdeka dimana kita harus mampu mempelajari semua mata pelajaran didalam fase E. bisa dibilang kalo angkatan kita itu bahan percobaan. Dimana kita harus memulai fase pembelajaran yang berbeda dengan angkatan yang lain. Kata kakak kelas sih angkatan kita paling enak karena menggunakan kurikulum merdeka yang waktu pelajaran kita lebih sedikit dan banyak waktu luang yang bisa digunakan untuk bersantai atau bisa dibilang jamkos. Tapi siapa sangka ternyata kami tidak seperti yang mereka katakan nyata kami malah dituntut untuk menjadi pribadi yang kreatif dan mampu bernalar secara kritis dan juga kami banyak mengeluarkan uang untuk salah satu kegiatan yang masuk dalam bagian tersebut.

Nah, kegiatan yang sangat menguras uang kami itu adalah P5 yang termasuk bagian dalam kurikulum merdeka ini. Dalam kurikulum merdeka ini kami boleh memilih dan bebas meraih nilai dalam akademik namun hal yang menjadi kewajiban adalah projek p5 ini.

Dalam semester ganjil ini kami telah menyelesaikan dua projek p5 diantaranya yang pertama berteman kan kewirausaha yang telah disukseskan pada bulan oktober tahun lalu, kemudian yang kedua ini adalah yang menurut kami paling banyak rintangan dan tantangan karena dalam projek tersebut harus kita harus membuat sebuah penampilan.

Suatu hari, kami seluruh siswa kelas 10 dipanggil untuk menuju ke pendopo guna membahas projek selanjutnya. Kami diminta untuk mengamati dan mendengarkan apa yang dipresentasikan oleh bapak ibu guru. Guru mempresentasikan bahwa projek ini diambil guna untuk memeriahkan puncak lustrum yang ketujuh dan akan diadakan pada bulan Januari dengan penampilan dari Sabang sampai Merauke. 

Jujur saja dalam hatiku muncul kata kata yang membuatku ragu "kok aku curiga yang dengan projek ini, kaya e bakal bikin kita pusing nih." 

Tapi benar saja setelah guru melakukan presentasi kemudian guru melakukan spin untuk mengundi apa yang akan ditampilkan setiap kelas. 

Dan ternyata kelasku mendapatkan pulau Kalimantan. Nah itu yang membuat kami pusing karena dikelas kami yang dari Kalimantan yang terdapat tiga orang saja. 

Lalu kami dipersilahkan untuk kembali ke kelas dan berdiskusi apa yang akan kita tampilkan dan siapa yang menjadi panitia.

Saat kami melalui penentuan akhirnya kami menemukan apa yang cocok dengan kelas kami yaitu menampilkan drama yang disaat itu belum tau judul cerita legenda apa yang akan diambil.

Ketika penentuan kepanitianan ini yang membuat kami bingung siapa yang pantas dan bisa bertanggung jawab dengan tugasnya. Tapi untuk ketua dan koordinator kami mengutamakan orang yang berasal dari Kalimantan yaitu Budi, Tiara, dan Rena karena mereka lebih tau budaya di Kalimantan. 

Akhirnya struktur kepanitiaan sudah terpenuhi  disitu aku tidak menjadi apa apa karena aku memang tidak minat dan saya kadang lalai dengan tugas saya daripada sayang tidak tanggung jawab dengan tugasku lebih baik aku tidak mengajukan meskipun beberapa kali aku ditunjuk.

Keesokan harinya kami telah mendapat judul dongeng yang cocok yaitu Putri Padi. Karena kita akan menampilkan drama jadi kita harus menentukan tokohnya dengan melalui cesting satu persatu. Dan untuk tokoh utamanya jadi kepada teman dekan ku yaitu Grace.

Tibalah kita memulai latihan kita. Saat latihan pertama sudah mulai terlihat permasalahan kami mulai dari anak anak yang susah diatur dan banyak miss komunikasi. Bahkan panitia pun banyak yang tidak menaati kesepakatan yang telah dibuat saat berdiskusi banyak anak yang telah melewati batas dengan tidur tiduran saat latihan dan ada yang sibuk dengan handphone nya masing masing tanpa menggubris apa yang dikatakan sutradara. 

Setelah beberapa kali latihan dan mereka tetap tidak bisa diatur dan bahkan mereka lebih parah akhirnya kami melakukan evaluasi guna dapat menasihati mereka agar tidak terjadi kembali hingga akhirnya ada kesepakatan untuk setiap latihan handphone akan selalu dikumpulkan kecuali pihak yang wajib menggunakan. 

Saat melakukan evaluasi yang didampingi oleh ibu guru kami, temanku melakukan pertanyaan yang akan diberikan kepada ibu pendamping 

"Bu untuk dana penampilan itu dari sekolah atau dari murid." ujarnya. 

Kemudian guru menjawab "sekolah belum menentukan, sepertinya dari kalian."

Hal itu membuat kami kaget karena sekolah tidak membantu sepeser pun. Satu persatu temanku protes yang membuat ibu Tutik mengatakan.

"Nanti ibu coba tanyakan lagi yang siapa tau sekolah membantu." 

Hingga akhirnya bu Tutik kembali dengan membawa uang lima ratus rupiah dari pihak sekolah yang dapatdigunakan sebagai modal. Hati kami terasa lega dan akhirnya kami menentukan iuran kami selama perbulan. Setelah banyak pertimbangan kami dilakukan yang di tentukan adalah eman puluh ribu selama tiga bulan.

Ketika kurang sekitar satu minggu penampilan teman kami yang bernama Queen mengatakan 

"Guys, ini propreti kita belum jadi nih kalian mau bantuin enggak?"

Hal itu sontak membuat kami kaget!!

"HAHHHH" Itu adalah ucapan yang langsung keluar dari beberapa teman setelah mendengar yang disampaikan Queen.

Hingga akhirnya satu persatu - satu protes dan menanyakan .

"Lantas kalian selama ini ngapain aja?" Ucap Grace.

Lalu Queen pun menjawab "Maaf ya teman - teman kita sudah lalai dengan tanggung jawab kami."

Sontak membuat aku bersuara "Apa yang mau dimaafin waktu kita itu sudah dekat kalian tahu enggak."

"Makanya kalian tu kalo kita latihan jangan cuma main hp sama tidur." Ujar Netta

"La rumangsamu tugas e kene ming sitik po? Propreti ne ki okeh reti ra?" Kata Raka dengan nada tinggi.

"Lah wes reti tugas e okeh kok malah kakean leyeh leyeh, pancen goblok!" Irfan pun menjawab sambil mengejek.

"UDAHHHHHH KALIANNNNN BISAA NGGAK GAUSAH RIBUT MEMPERMASALAHKAN YANG UDAH TERJADI? PERCUMA KALIAN RIBUT TERUS ITU NGGAK BIKIN MASALAH KITA SELESAI." Ujar Vita dengan suara yang bergema didalam kelas.

"Nah, iya mending sekarang kita semua bantuin buat propreti biar penampilan kita sukses." Kata Monic yang seakan mencoba meredakan suasana kelas yang saat itu sedang tegang.

"Ah wegah ra sudii! Tanggung jawab e sopo kok dadi kene kon melu melu." Ujar Irfan yang masih tidak terima.

"Kalo emang itu jalan yang terbaik ya udah gas aja." Kata Nadine dengan mengajak teman - temannya.

Hingga Irfan tidak bisa berkata - kata dan akhirnya setuju untuk ikut serta dalam membuat propreti.

Dikarenakan propretinya tidak dapat diselesaikan di sekolah akhirnya pembuatan propreti dilanjutkan dirumah teman kamu yaitu Netta. Karena rumah Netta merupakan rumah yang paling dekat dengan sekolah.

Hingga akhirnya propreti kami sudah siap digunakan untuk tampil. Kemudian karena hari sudah semakin dekat maka seluruh pengisi acara diadakan gladi bersih di pendopo sekolah.

Naasnya ketika h -1 kita tampil tiba tiba muncul sebuah notifikasi grub dari wali kelas kami yang mengabarkan bahwa teman kami tercinta yaitu Netta mengalami laka lantas yang mengakibatkan harus menjalani operasi. Saat itu kami berusaha memberikan semangat pada teman kami meskipun hanya melalui chat.

Hari yang cerah dengan kicauan burung yang merdu seperti hati kami yang bersuka cita dipagi itu. Tibalah hari yang selalu kami nantikan kehadirannya. Dengan segala rintangan yang telah dilewati bersama. Pagi itu kami telah bersemangat untuk datang ke sekolah. Saat kami datang ke sekolah kita langsung menuju kelas 12 IPS 2 untuk melakukan persiapa. LHO KENAPA DI KELAS 12? Ya karena kelas 10 itu dekat dengan pendopo. Nah supaya misanya bejalan dengan lancar maka kelas kami dipindahkan. ETSS tidak hanya kelasku saja empat kelas lain juga pindah kok. Sebenarnya tidak semua anak enggak mengikuti misa yang mengikuti misa itu hanya anak - anak yang tidak perlu persiapan yang lebih dari satu jam. Setelah semua persiapan selesai dan misa pun berakhir kami pun melanjutkan sesi perfotoan dulu. Satu CKREK dua CKEREK dah bahkan tiga CKEREK sudah dilakukan, kami pun langsung berjalan menuju pendopo dengan membawa propreti yang akan digunakan.

Saat kami dipendopo kami tidak langsung tampil diatas panggung namun kita menikmati terlebih dahulu dari sambutan dan penampilan  - penampilan dari teman - teman kami secara pergantian. Ketika kelas Antasena sudah naik keatas panggung, kita juga sudah harus melakukan persiapan untuk tampil dan tibalah waktunya kami dipanggil diatas panggung untuk menunjukkan penampilan kami yang berasal dari Kalimantan.

Tanpa ada dibayangan kami suasana saat kami tampil suasananya sangat bervariasi ada yang tertawa, tegang, gembira, dan bahkan sedih. Suasana tegang terjadi karena dalam drama kami ada bagian saat akan mengorbankan anaknya dengan menggunakan parang asli dari Kalimantan yang katanya kalo itu digunakan dapat meminta korban. 

Puji Tuhan kami panjatan kepada Tuhan Yang Esa karena penampilan kami berjalan dengan lancar tanpa kekurangan suatu apapun. Hingga kami mendapatkan apresiasi penonton yang begitu indah dan meriah. Tapi kami sedih karena Netta tidak bisa ikut serta untuk memeriahkan Lustrum yang ketujuh SMA kita. Ketika kami turun panggung semua anak berpelukan karena segala usaha kami telah berhasil memeriahkan acara tersebut.

Hari itu akan menjadi kenangan yang tidak pernah terlupakan "Simpan semua kenangan istimewa yang tak terlupakan untuk kehidupan yang akan datang." - Mattie Stepanek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun