Meskipun dalam praktik nyata tentu saja tidak mungkin selalu berjalan mulus. Tantangan yang paling mungkin terjadi adalah saat menerapkan teknik coaching pada siswa.Â
Guru perlu melatih kesabaran dan belajar menggali potensi siswa tanpa melibatkan asumsi. Dan hal tersebut hanya dapat dicapai jika guru terus melatih kompetensi inti coaching, menguatkan prinsip coaching serta menguatkan paradigma coaching itu sendiri.Â
Keterampilan coaching untuk supervisi akademik ini kemudian menjadi salah satu daya dukung yang memampukan guru untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat.Â
Saat guru menggunakan teknik coaching sebagai komunikasi dalam segala kegiatan di lingkungan sekolah, maka siswa diberikan ruang kebebasan untuk menggali potensi dan menemukan kekuatan dirinya sendiri. Guru tidak menghakimi dengan asumsi, tetapi menuntun siswa menemukan solusi dari permasalahannya.
Penerapan teknik coaching hendaknya membantu menguatkan nilai dan peran guru penggerak dalam komunitas. Teknik coaching dapat menjadi jalan untuk menguatkan peran guru penggerak yaitu Menjadi Pemimpin Pembelajaran, Menggerakkan Komunitas Praktisi, Menjadi Coach bagi Guru Lain, Menjalin Kolaborasi Antar Guru dan Mewujudkan Kepemimpinan Murid.
Teknik coaching bukanlah hal yang baru, karena Kepala Sekolah saya selalu menggunakan teknik coaching baik saat supervisi akademik, maupun saat GTK datang untuk bercerita mengenai tantangan yang ditemui. Selama mempelajari modul ini, saya sering bertemu atasan saya untuk sekadar meminta tips dan trik atau meminta masukkan dan saran mengenai coaching yang telah dan akan saya lakukan pada rekan sejawat.
Pada akhirnya, apapun yang dilakukan guru bertujuan untuk menuntun siswa mencapai kebahagiaan setinggi-tinggi demi masa depan bangsa.
Salam Guru Penggerak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H