Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Akhir Cerita

13 Desember 2024   05:54 Diperbarui: 13 Desember 2024   05:54 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       Ia mesti berlari menghindar. Rasa sakit tak tertahankan, tetapi ia harus terus berlari. Luka robek bagian kiri badannya terasa nyeri. Sesekali ia mengerang keskitan. Selebihnya ia mencoba menahan!

      "Kita harus berpencar. Kamu ke sana, kamu ke situ," pinta salah satu dari mereka.

       Vana meringkuk di balik tumpukan karung.  Ia menahan nafas saat lelaki tegap itu mendekat. Vana berusaha mengumpulkan sisa-sisa tenaganya. Sekalipun nanti kalah setidaknya sudah berjuang. Langkah kaki itu terus mendekat.

        Vana terus memperhatikan lelaki tegap itu. Rejeki baginya, seseorang dari mereka memanggil.

         "Jalang itu sepertinya tidak di sini."

          Vana menarik nafas lega. Ia luput! 

         "Uuuemmm," suaranya tertahan.

         Lelaki itu membekap mulutnya. Vana mencoba memberontak.

         "Agh!" suara mengerang.

         Vana bangkit. Satu tikaman lagi hendak ia tancapkan.

        "Stop, Vana, ini aku," Dery menahan sakit dengan nafas tersengal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun