Semburat senja kali ini bernuansa sedih! Keindahan seolah ditutupi awan hitam yang bergelayut. Aku menatap penuh kesal. Hujan sebentar lagi menitik di ujung senja,"Aku kalah," gumamku sembari mengelus dada. "Aku bertahan jika kau mampu mengobati lukaku," katanya. "Aku sedang berupaya," jawabku. "Itu saja jawabanmu dari dulu," katanya menahan tangis. Aku mendekat dan mendekapnya dalam pelukan. Kuingin ia menikmati getaran jantung yang berirama kasih sayangku kepadanya. "Kita akhiri ini, biarkan senja menjadi saksi," katanya. "Tidakkah ada maaf untukku?" Ia hanya diam dan berlalu. Aku mematung, memandang kepergiannya. Sia-sia kumemohon, satu kesalahan melemahkan kepercayaannya. Aku kembali menatap senja. Sama sekali tidak ada indahnya! Namun, aku percaya ada senja lain yang lebih indah. Aku menarik nafas lega, masalah dengan Rini selesai juga. Aku mengambil ponsel dan mengabarkan kepergian Rini. "Kami sudah putus," pesanku kepada Desi. Desi menghubungiku, mengatakan ia sangat bahagia mendengarnya. Tidak perlu menyembunyikan lagi hubunganku dengannya.Â
4 April 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H