Aku menguburkan rasa malu demi senyuman manis itu. Saat orang-orang menilaiku tak memiliki rasa malu, justru aku ingin membuktikan keahlianku menggaet cinta Putri, gadis manis mahasiswi kos sebelah.
"Ijazah SD, kok merayu mahasiswi," kata temanku yang sontak membuatku jengkel.
"Apa ia saat kencan bawa ijazah?" tanyaku membuatnya tersedak.
Aku memilih mengikuti suara hati. Kulangkahkan kaki menuju kosnya dengan seribu keberanian. Demi cintaku padanya, aku tak gentar. Percakapan seolah mengalir saat kududuk bertatapan dengannya.
"Kopi?" tawarnya.
"Ya," jawabku malu-malu.
Aku tak bosan menatapnya. Ada keindahan yang menjadi sumber kebahagiaan saat mataku tertumbu dengan matanya. Lagu Iwan Fals bergumam di mulutku. Aku sungguh jatuh di pangkuannya.
 Ingin kuludahi mukamu yang cantik
Agar kau mengerti bahwa kau memang cantik
Ingin kucongkel keluar indah matamu
Agar engkau tahu memang indah matamu
Harus kuakui bahwa aku pengecut
Untuk menciummu juga merabamu
Namun aku tak takut untuk ucapkan
Segudang kata cinta padamu
(Lirik lagu "Maaf Cintaku" Iwan Fals)
Â
"Kopinya pahit? Ah, maaf, aku tambahin gula," katanya hendak berdiri.
Aku meraih tangannya,"Senyuman manismu memaniskan kopiku," kataku.
Wajahnya memerah. Ia salah tingkah. Aku pun begitu.
"Tanganku," katanya.
"Oh, maaf," kataku melepaskan tangannya.
Aku tak bosan menatapnya. Ia tersenyum malu.
"Ea...ea...," suara tangisan dari bilik kamar.
"Bentar, anakku menangis," katanya.
Aku tertegun. Aku paksakan diri tersenyum.
"Ya," kataku.
11 Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H