"Kamu Yanto?" tanyanya dengan nada tinggi.
"Ya," jawabku singkat.
Ia menatapku tajam. Aku tak goyah. Cinta menguatkanku.
"Tinggalkan putriku," katanya.
Aku mendekatinya. Aku menatap tajam matanya.
"Lihat aku, Pak! Lihat!" kataku mengimbangi suaranya.
"Aku akan pergi! Jangan bunuh aku, Pak," Â kataku memohon dan kabur.
Aku tak menoleh. Aku tahu Anya menyesal menjalin hubungan denganku, pria pengecut.
28 Februari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!