Jembrana - Penebangan kayu di hutan lindung Banjar Sari Kuning, Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali, belakangan marak terjadi. Warga resah karena aparat terkait dinilai tutup mata dengan penebangan tersebut. Pelakunya diduga dari desa tetangga (Budiasteawan, I Putu Adi. 2023. "Penebangan Liar Di Hutan Sari Kuning Jembrana Resahkan Warga", detik.com. Akses 13 Februari 2024).
Kutipan informasi tersebut hanyalah salah satu dari sekian banyaknya kasus illegal logging di Indonesia. Aktivitas eksploitasi hutan ini sepertinya menjamur di masyarakat. Hutan dianggap aset yang peru dieruk untuk kepentingan pribadi. Pemanfaatan hutan yang berlebihan ini tentu menimbulkan masalah besar. Sayangnya hal itu disadari, namun aktivitas berbahaya itu tetap terjadi.
Suka Tebang, Minim Upaya Reboisasi
Sebagian besar manusia bertindak sebagai pelaku konsumtif daripada produktif. Aktivitas eksploitasi tidak diimbangi dengan upaya penanaman untuk kelestarian hutan. Kekeringan pun melanda yang berimbas pada susahnya mendapat sumber air.Â
Padahal reboisasi merupakan upaya menjaga kelestarian. Menanam pohon adalah salah satu cara yang efektif untuk menjaga keseimbangan alam. Pohon membantu mengurangi emisi karbondioksida dan memberikan oksigen, serta menyediakan habitat bagi berbagai spesies hewan. Selain itu, pohon juga dapat membantu mengurangi erosi tanah dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Penghijauan dengan Menanam Pohon Afrika
Kayu Manii (Maesopsis eminii Engl.) termasuk dalam famili Rhamnaceae, pohon ini tumbuh alami di Afrika dari Kenya sampai Liberia antara 8LU dan 6LS. Pohon ini banyak ditemukan di hutan tinggi dalam ekozona antara hutan dan sabana ("Tinjauan Pustaka Kayu Manii".Rachmatullah.blogspot.com. Akses 15 Februari 2024).
Di tempat lain, sebutannya adalah pohon afrika, mungkin karena tumbuhnya di Afrika. Sebagian orang menyebutnya pohon bayam, mungkin disebabkan daunnya mirip daun bayam. Kayu ini bertumbuh dan berkembang sangat cepat dibandingkan jenis kayu lain.
Konsep Penghijauan Ditertawakan
tentang konsep penghijauan dengan fokus mengembangkan pohon Afrika pada tahun 2023, banyak yang merespon dengan tawa atau tidak mengambil serius.Â
Beberapa alasan mengapa konsep ini mungkin ditertawakan adalah karena kurangnya pemahaman tentang manfaat pohon afrika dalam konteks penghijauan, atau mungkin karena orang-orang lebih memilih fokus pada jenis pohon lokal yang lebih akrab bagi mereka.
Alasan berikut adalah modal yang saya pakai terbilang lumayan. Pembersihan lahan menghabiskan kurang lebih Rp 2.000.000. Waktu yang terkuras selama penanaman hampir dua pekan. Perawatan selama satu tahun terakhir pun terbilang lumayan. Lazimnya warga di sini menanam fanili, tanaman yang secara ekonomi menjanjikan. Selain itu menanam cengkeh. Saya memilih menanam pohon ini dengan impian melestarikan hutan dan turut andil menjaga sumber air.
Saya memilih tersenyum ketika orang-orang menyepelekan aktivitas ini. Saya berpikir, konsep yang baik tidak perlu diubah hanya karena kurangnya apresiasi dari pihak lain. Apalagi tindakan ini bukan sesuatu yang menimbulkan kerugian.
Setiap langkah kecil dalam melestarikan lingkungan adalah langkah besar untuk masa depan yang lebih baik.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya