Sesekali aku memikirkannya. Suasana hatiku memang labil! Kenapa pula aku mengenangnya? Sesuatu yang kutinggal, malah menghantuiku! Apakah ini karma?
    "Harapan palsumu dulu melukai hatinya," kata temanku, Dio.
    "Aku tahu. Bisa jadi kesialanku selama ini karena karma darinya," kataku.
    "Lakukan sesuatu untuk menebusnya," kata Dio lagi.
     "Kisahmu dengan Dewi dijamin sampai ke pelaminan, asalkan kau mendapat maaf dari Desi," lanjut Dio.
     Aku berpikir sejenak. Aku harus menghubunginya lewat telepon, sekedar sampaikan maaf yang tulus.
    "Hubungi sekarang, Van," pinta Dio.
    Aku mengambil ponselku. Menyiapkan batin saat teleponku diterima.
     "Ada apa?" tanya dari seberang.
     "Maafkan aku, Des!  Aku telah menyakitimu. Aku dapat karma sejak kutinggalkan kamu. Aku tahu kamu sakit hati dengan tingkahku. Maafkan aku, biar aku terlepas dari kesialanku," kataku panjang lebar.
     "Kapan ya kita pacaran?" tanyanya.
     Dio menatapku. Aku melihat layar ponsel. Astaga, aku salah nomor. Aku malah menghubungi Dewi.
22 Januari 2024
    Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H