Harapan ini kupupuk hingga menumbuhkan motivasi yang kuat. Siapa pula yang mau gagal untuk kesekian kalinya? Aku pun tak mau. Rasa kecewa berujung sakit tak tertahan hingga frustasi sudah kualami dulu. Tentu aku pilah, lalu pilih yang terbaik untukku. Minimal, aku tidak jatuh di kubangan yang sama. Aku menemukannya dalam sorot mata wanita sederhana, Tania namanya.
"Aku pernah tersakiti," kataku mengawali perbincangan hari itu.
"Aku pernah bercerai," katanya.
"Aku juga," jawabku.
"Pernikahan pertamaku tidak memberiku keturunan," lanjutnya.
"Anakku perempuan, ikut ibunya," kataku.
"Kita sama," katanya.
"Pengalaman akan mengajarkan kita untuk saling menerima," katanya.
"Ya," jawabku singkat.
Seorang gadis kecil berlari ke arahku. Ya, dia anakku yang tiba-tiba ada di taman ini. Sayup-sayup kulihat mantan istriku datang.
"Pa," panggil anakku.
Aku memeluknya. Istri senyam-senyum. Aku membalasnya. Tak lama, seorang laki-laki datang. Ia sedari tadi menatap ke arahku. Ia mendekat.
"Sahara? Ternyata kamu di sini. Tuhan terima kasih," ucap laki-laki itu sambil mendekati Tania.
"Makasih, Mas, sudah menemukan istriku. Dia kabur dari RSJ," lanjutnya.
13 Januari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H