Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Fiksi Mini: Teka-Teki Perpisahan

9 Desember 2023   06:54 Diperbarui: 9 Desember 2023   06:58 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


      "Aku pergi," katanya.
      Aku tak mungkin menahan langkahnya. Aku pikir itu pilihan yang bagus, meski harus merelakan sepi menggrogoti hati.
      "Kembalilah jika waktunya tiba," bisikku ke telinganya sebelum pelukan perpisahan itu usai.
       Aku mengantarnya ke depan pagar rumah. Angkutan umum sudah menunggunya. Aku memilih tidak menatap kepergiannya. Aku takut air mata semakin membanjiri hariku. Aku bergegas masuk, menuju kamar mandi, membasahi wajahku yang sembab.

    Bagaimana jika aku merindukanmu?

     Katanya via chat whatsapp-ku.
      Hatiku bergetar hebat. Aku tahu ia sangat mencintaiku. Aku menarik nafas berat. Mencoba membuat semuanya biasa saja.
    Telepon aku kapan pun rindu itu menggebu. 

Apakah kau sanggup mencurahkan rindu hanya lewat vidio call? Pesannya lagi.

 Bukankah perpisahan ini untuk kebahagiaan nanti? Kalau ya, sanggupkan yang tak sanggup.

    Ia hanya membalas dengan emoji love.
    Ponselku berdering. Aku bergegas membuka pesan itu.
     "Astaga, mati aku," gumamku.
     Aku berdandan seadanya. Hati bergejolak, tapi tidak bisa mengalahkan keyakinanku. Aku yakin itu akan terjadi, ia pergi dan kembali dengan kabar tak sedap lagi. Aku memutuskan berhenti. Dan kembali menjalin kasih dengan masa laluku.
     Aku di depan. Pesannya.

     Aku bergegas membukakan pintu. Hatiku  makin bergejolak, kali ini karena yang datang bukan yang kutunggu.
     "Dandan? Hendak ke mana?" tanyanya.
      "Em, anu, mau ikut hajatan tetangga," jawabku kaku.
      "Aku ketinggalan bus menuju pelabuhan. Berangkatnya baru besok," jelasnya.
      Aku gelagapan sesaat bel rumah berbunyi. Ia berinisiatif membukakan pintu. Arif berdiri tegak dengan dandanan rapi. Sementara Rio menatapku dalam-dalam.
     "Rina ada?" tanya Arif.
      Rio bergeming dan pergi.

09 Desember 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun