Laki-Laki Renta
   Ada yang tidak beres saat Pak Riki masuk kerja. Tebakan sementara: masalah dengan istri di rumah. Kalau masalah begini, Pak Riki belum mampu memanajemen emosinya!
  "Aku akan cek ke lapangan hari ini," katanya sambil membanting laporan yang diserahkan mandor, yang sama sekali tak ia baca.
   Pak Ari, laki-laki renta itu terdiam. Laki-laki berpengalaman puluhan tahun itu hanya bisa minta maaf, seolah harga diri tak ada artinya. Karyawan lain tampak tegang, sesaat kalimat keluar dari mulut Pak Riki.
  "Aku tahu, banyak yang tidak becus kerja. Kalian hanya makan gaji buta. Dengarkan ini, aku akan PHK-kan kalian."
   Sejenak wajah Pak Ari cemas. Ada yang dipikirkannya. Permasalahan di lapangan yang terjadi minggu lalu, bisa saja sampai ke telinga Pak Riki.
  Seorang pemuda tergopoh-gopoh dan berbisik. Pak Riki membanting semua tumpukan berkas di atas meja. Pak Ari makin cemas.
   "Betulkan?" tanya Pak Riki dengan suara tinggi.
  "Mohon maaf, itu kesalahanku," Pak Ari minta maaf. Ia bersujud. Bayangkan tubuh tua renta itu, yang harus bersujud atas kesalahan bawahannya di lapangan.
   Semua tampak tegang, termasuk karyawan lain. Beberapa preman dengan wajah garang masuk ke ruangan. Pak Ari mskin cemas. Ia sangat bersedih. Ia tahu apa akibat semua ini. Pak Riki mendekat.
  "Happy Birthday, Pak," katanya berbisik dan memeluknya, diiringi lagu ulang tahun. Preman wajah garang itu, menyerahkan kue ulang tahun. Semua bertepuk tangan sambil bernyanyi.
30 Agustus 2023
M. Hamse
   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H