Di Depan Kedai Kopi
Jalan semakin sepi. Ia masih menunggu pasti di depan kedai kopi. Ia tahu, Kang Ali tepat janji. Ia melirik jam tangannya, "Dua menit lagi," gumamnya. Entah datangnya darimana, tiba-tiba saja dua pria kekar berwajah sangar memegang tangannya. Satunya lagi mengelus wajahnya. Mereka kemudian tertawa. Ia panik. Ia mencoba mencari bantuan dengan berteriak. Dengan cepat, pria itu membekap mulutnya. Ia sangat kewalahan. Tenaganya tidak mampu melepaskan diri.
      "Sudah tertangkap, Bos," salah satu pria itu menelefon.
      "Tunggu," jawab dari seberang.
      Suara kendaraan menderu malam itu. Belasan motor mengitari mereka. Ia makin takut. seingatnya, ia tidak bermasalah dengan pereman-pereman itu atau geng motor. Pria bertopeng turun dari mobil mewah. Ia membawa sesuatu dalam kotak dan menghampirinya. Pria bertubuh kekar mengangkat wajahnya yang dari tani tertunduk lemas. Ia berontak, lagi-lagi, tenaganya tak cukup. Pria bertopeng memberikan kode, dua pria itu melepaskannya.
      Pria bertopeng masih menatapnya. Ia lemas. Harusnya malam ini ia bahagia, sebab ia genap berusia dua puluh dua. Tapi siapa sangka, ia terperangkap dalam situasi yang tak seharusnya ada.
      "Apa mau kalian?" ia teriak histeris.
      "Apa?" teriaknya lagi.
      Pria bertopeng itu pelan-pelan membuka topengnya.
      "Happy birth day, sayang," katanya.
      Lisa terdiam. Kejutan yang tidak biasa. Pria bermotor itu kemudian mengitari mereka berdua yang mabuk asmara.
***
M. Hamse
17/01/2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H