Cinta Sampai Mati
M. Hamse
14 November 2022
Kategori: Prosa Mini
      Siang yang ramai, di bawah siraman panas matahari. Dua sejoli berdiri di pinggiran jalanan, mengungkap janji.
"Aku berjanji, aku akan mencintaimu sampai mati."
"Tapi, aku harus pergi!"
"Bukankah kita harus membahas nikah nanti?" tanya Arianti terbata-bata dan hilang wajahnya yang berseri.
      Arianti tertunduk, lelah rasanya otot kaki untuk terus berdiri, menunggu ikrar yang bisa saja diingakri. Ia tak rela harus berpisah secepat ini. Harusnya mereka berdiri di pelaminan, seperti janji mereka dahulu, di pinggir kali. Hanya tangis yang sedari tadi belum berhenti. Air mata tidak bisa dikompromi, terus mengalir di pipi. Membasahi wajahnya yang tadinya berseri.
      "Jangan menangis begini, Arianti. Apa yang kau takutkan dari diri ini?"
"Aku tahu cintamu sampai mati. Tetapi aku tak rela ditinggal pergi," suara Arianti makin tak terdengar lagi. Suaranya habis, ia menangis sejak tadi.
Arianti mencoba tersenyum lagi. Namun, hati tak bisa dibohongi. Ia sangat sakit hati. Pertemuan ini harusnya membahas pernikahan nanti, malah bikin sakit hati. Tiba-tiba saja ia hendak pergi lagi. Padahal baru satu bulan di sini. Ia menahan resahnya dalam hati. Ia memang sangat mencintai kekasih hatinya. Mereka masih berdiri. Tidak berkata-kata lagi. Sekali-kali saling memandangi. Selebihnya ada yang tak tertahan di hati. Rindu yang menggebu, esok pagi tidak bertemu lagi di sini.
"Aku pamit pergi," kata Randi memecah sepi.
"Aku mencintaimu sampai mati."
Arianti tidak mau menyahut lagi. Ia berlalu pergi. Berlari kecil menyeberangi jalanan siang ini..
"Arianti," panggil Randi.
Arianti terus menyeberangi jalanan yang ramai. Terus berjalan menunduk dan tidak berhenti.
"Bukk ..."
Sebuah truk pengangkut tali mengahantam tubuhnya. Ia terpental. Darah mengalir di dahi. Tabrakan maut dan beruntun itu, membuatnya harus kembali, kembali kepada Ilahi.
"Astaga, Arianti," teriak Randi dan produser bersamaan.
"Apakah tabrakan ini settingan?" tanya Randi dengan wajah panik.
Sutradara menggeleng. Artisnya mati, tidak ada dalam narasi. Harusnya ia tidak menyebrangi jalanan ramai. Siap-siap, mereka berhadapan dengan polisi, sebab Arianti artis papan atas negeri ini, yang harus mati saat shooting film ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H