Mohon tunggu...
Mariann3
Mariann3 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

BPJS Kesehatan, Untuk Kita

10 November 2016   22:42 Diperbarui: 10 November 2016   22:44 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang tetangga yang tidak mampu, akhirnya berhasil menjalani operasi jantung di Rumah Sakit Haji Surabaya, tanpa ada limit (batas klaim tahunan seperti di asuransi kesehatan swasta). Semua gratis, padahal tetangga tersebut hanya ikut BPJS Kesehatan kelas III.

(Almarhum) paman yang terkena gagal ginjal, bisa melakukan cuci darah dua kali setiap minggu, selama hampir satu tahun. Juga gratis. Kami hanya perlu menebus sedikit obat yang tidak dicover oleh BPJS Kesehatan. Harganya pun relatif murah.

Masih banyak cerita (peserta BPJS Kesehatan) lainnya yang menerima (banyak) manfaat dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), program pelayanan kesehatan yang dibentuk pemerintah.

Memang, sejak dulu program semacam ini sudah ada, tapi menurutku pelaksanaannya tidak seperti BPJS Kesehatan, hasil nyatanya tidak terlihat seperti saat ini.

Masyarakat kurang mampu atau kelas menengah yang (selama ini ) takut berobat ke dokter atau rumah sakit karena kawatir akan besarnya biaya, kini (mereka lebih) berani datang dan memeriksakan diri (kesehatan) di puskesmas dan atau tempat pelayanan kesehatan yang ditunjuk (rekanan) BPJS Kesehatan.

Sayangnya, menurut pengalamanku, program pelayanan kesehatan yang bagus ini kurang diimbangi dengan kemampuan tenaga medis maupun tenaga pendukung, juga kurangnya pemerataan peralatan medis.

Suatu kali, saya memeriksakan gigi (berlubang) ke poli gigi di puskesmas terdekat. Di pemeriksaan pertama, aku dibantu dr. A. Beliau ramah dan memeriksa gigiku dengan seksama, memberitahu kemungkinan tindakan-tindakan yang bisa dilakukan beserta konsekuensinya, kemudian memberikan saran terbaiknya. Berdasarkan sarannya, aku memutuskan untuk menambal gigiku, walau harus kembali untuk melakukan dua atau tiga kali lagi perawatan.

Empat hari kemudian, saat melakukan perawatan kedua, aku ditangani dr. B. Aku menerima saja tindakan yang langsung diambil dr. B. Tapi, bukannya membaik, gigiku justru sakit lagi, bahkan gusiku pun bengkak. Tanpa menunggu hari yang ditentukan, aku kembali ke puskesmas.

Begitu memeriksa gigiku, dr. A menegur dr. B. Tahulah aku kalau dr. B hanya membuka sebagian tambal sementara gigiku, tidak melakukan prosedur secara layak. Entah apa alasan dr. B. Namun keteledorannya itu membuat perawatan gigiku semakin lama. Kejadian semacam itu bukan hanya aku alami sendiri. Ada beberapa pasien lain yang mengeluhkan hal yang serupa. Bukan mengeluhkan dr. A di poli gigi, melainkan dokter lain, tenaga medis lain, atau petugas di bagian (poli) lain di puskesmas.

Temanku, Y, juga mengalami hal yang mirip. Kejadiannya baru bulan lalu.

Y yang tidak tahan dengan sakit kepalanya, akhirnya mendatangi puskesmas dekat rumahnya yang berada di wilayah Surabaya Utara, di sisi berlainan dengan puskesmasku yang ada di Surabaya Selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun