Setelah ritual pembukaan selesai, tanda sasi dipasang di sekitar area yang akan disasi. Tanda ini bisa berupa daun kelapa atau bambu dan berfungsi sebagai pengingat bagi masyarakat bahwa wilayah tersebut berada dalam masa sasi. Masyarakat menghormati tanda ini dan akan menghindari pelanggaran terhadap aturan yang telah ditetapkan. Pelanggaran sasi dianggap sebagai tindakan tabu dan dapat dikenakan sanksi adat berupa teguran atau denda.
4. Upacara Pembukaan Kembali (Sasi Buka)
Setelah periode sasi berakhir, dilakukan upacara pembukaan kembali sebagai tanda bahwa masyarakat diperbolehkan mengakses area tersebut untuk memanen hasil alam. Upacara ini diiringi doa dan nyanyian adat, dengan harapan agar alam memberikan hasil yang melimpah untuk kesejahteraan masyarakat.
Peran Sasi dalam Kehidupan Sosial dan Ekologis Masyarakat Tanimbar
Sasi tidak hanya berperan dalam melindungi lingkungan, tetapi juga memperkuat hubungan sosial masyarakat. Melalui tradisi ini, warga belajar pentingnya kebersamaan, tanggung jawab bersama, dan saling menghormati. Dari sisi lingkungan, sasi membantu menjaga populasi ikan, keanekaragaman hayati, serta kelestarian hutan. Karena wilayah laut dan hutan tidak dimanfaatkan terus-menerus, ekosistem memiliki waktu untuk pulih dan berkembang secara alami.
Selain itu, sasi juga memiliki peran penting dalam menghadapi krisis lingkungan, terutama di era modern. Tradisi ini membantu mengurangi penangkapan ikan berlebihan di laut dan eksploitasi hutan secara besar-besaran, yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Di sisi lain, sasi juga menarik minat wisatawan yang ingin mengenal budaya lokal lebih dalam, sehingga memberikan manfaat ekonomi tambahan bagi masyarakat Tanimbar.Â
Tantangan dan Upaya Pelestarian Sasi
Di tengah arus modernisasi, sasi menghadapi beragam tantangan. Munculnya teknologi baru, meningkatnya aktivitas industri, dan eksploitasi sumber daya alam sering kali menjadi ancaman bagi keberlanjutan sasi. Pengaruh luar ini berpotensi menggantikan nilai-nilai tradisional yang ada dalam sasi. Meski begitu, masyarakat adat bersama pemerintah daerah terus berupaya menjaga kelestarian sasi melalui penyesuaian peraturan adat agar tetap relevan dengan kebutuhan saat ini. Di sekolah-sekolah, generasi muda juga diberi pendidikan tentang pentingnya melestarikan lingkungan, sehingga mereka dapat menghargai dan menjaga tradisi ini.
Kesimpulan
Upacara sasi di Kepulauan Tanimbar, Saumlaki, lebih dari sekadar ritual adat yang penuh makna; tradisi ini mencerminkan kearifan lokal dalam upaya pelestarian lingkungan. Melalui sasi, masyarakat Tanimbar menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya dan pelestarian alam bisa berjalan berdampingan. Tradisi ini mengajarkan warga pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan keberlanjutan alam. Sasi menjadi contoh nyata bagaimana harmoni dengan alam dapat diraih melalui sikap hormat, kebersamaan, dan tanggung jawab kolektif dalam mengelola sumber daya alam. Dengan melestarikan sasi, masyarakat Tanimbar bukan hanya melindungi lingkungan mereka dari eksploitasi, tetapi juga mempertahankan identitas budaya yang diwariskan nenek moyang, sekaligus memperkuat rasa kebanggaan akan warisan leluhur yang mereka jaga bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H