Mohon tunggu...
Mariana Ulfah
Mariana Ulfah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Bergerak maju menuju perubahan yang positif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

2.1.a.8. Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi

8 September 2022   21:01 Diperbarui: 8 September 2022   21:20 6345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu pendekatan sistematis untuk merancang pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar murid yang beragam. Menurut Tomlinson, konsep dasar pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru dengan berorientasi pada kebutuhan murid.

Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan di kelas dengan menciptakan suatu pembelajaran kelas yang beragam dengan memperhatikan kebutuhan belajar murid, memberikan kesempatan dalam memahami konten, memproses suatu ide, dan meningkatkan hasil setiap murid, sehingga murid akan lebih efektif dalam belajar. 

Setelah memetakan kebutuhan belajar murid maka langkah selanjutnya menentukan strategi diferensiasi apa yang akan diterapkan kepada murid di dalam kelas karena sejatinya kebutuhan belajar setiap murid itu berbeda-beda/

Untuk menciptakan pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan dengan tiga strategi, yaitu :

  1. Diferensiasi Konten adalah segala materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada muridnya yang mengacu kepada kemampuan dan keterampilan.

  2. Diferensiasi Proses adalah rangkaian kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung secara sistematis dan variatif dengan memperhatikan kebutuhan murid ataupun pendekatan emosional.

  3. Diferensiasi Produk adalah hasil atau tagihan dari suatu proses pembelajaran yang telah dilakukan murid sesuai pemahaman belajar mereka dalam bentuk produk.

B. Pembelajaran Berdiferensiasi Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid

Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal. Kebutuhan belajar murid tersebut antara lain :

  1. Kesiapan Belajar Murid (Readiness) 

Kesiapan serta kapasitas murid untuk mempelajari dan memahami materi baru yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran. Murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya

  1. Minat Belajar Murid 

Salah satu hal terpenting yang dapat memotivasi murid untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena pembelajaran diberikan dengan memperhatikan apa yang mereka sukai . Tugas-tugas yang diberikan akan memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid.

  1. Profil Belajar Murid 

Menurut Tomlinson dalam Hockett tahun 2018 mengatakan bahwa profil belajar murid ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dan lain-lain. Memberikan kesempatan kepada murid  untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai.

Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid, baik dari kesiapan belajar siswa, minat belajar siswa, dan profil belajar siswa. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik, biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. 

Dalam modul 2.1 ini, dalam mengidentifikasi kesiapan belajar dibahas 6 contoh dari perspektif kontinum, dengan mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001).

  1. Bersifat mendasar - Bersifat transformatif

Murid membutuhkan bahan-bahan materi dan tugas-tugas yang bersifat mendasar serta disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Sebaliknya, saat murid dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka kuasai dan pahami, tentunya mereka membutuhkan informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Murid juga perlu melihat bagaimana ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif.

  1. Konkret - Abstrak

Guru dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan melihat apakah murid masih berada di tingkatan perlu belajar secara konkret, sehingga mereka mungkin masih perlu belajar dengan menggunakan berbagai alat-alat bantu berupa benda konkret atau contoh-contoh konkret,  atau apakah murid sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak, sehingga mereka mungkin mulai dapat diperkenalkan dengan konsep-konsep yang lebih abstrak.

  1. Sederhana - Kompleks

Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana, sementara yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi pada satu waktu.

  1. Terstruktur - Terbuka

Saat menyelesaikan tugas, kadang ada murid-murid yang masih memerlukan struktur yang jelas, sehingga tugas perlu ditata dengan tahapan yang jelas dan cukup rinci. Sementara ada pula murid-murid lainnya sudah siap untuk menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.

  1. Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent)

Guru mengharapkan bahwa semua muridnya dapat belajar, berpikir, dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, tetapi beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain.

  1. Lambat - Cepat

Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit menantang. Namun, mungkin murid juga akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari topik yang berbeda.

Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut:                  

  1. membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar;

  2. mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;

  3. menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan;

  4. meningkatkan motivasi murid untuk belajar.

 Minat sebenarnya dapat dilihat dalam 2 perspektif, yang pertama sebagai minat situasional yaitu keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Contohnya seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur,  menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual.  Yang kedua, minat individu yaitu minat yang dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Contoh seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau menghibur. 

Minat menjadi salah satu motivator penting bagi murid untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Memahami kedua perspektif tentang minat tersebut tentu akan membantu guru untuk dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar. Berbagai cara yang dapat dilakukan diantaranya :

  1. menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb),

  2. menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid, 

  3. mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid,

  4. menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).

Profil Belajar mengacu pada cara-cara seorang individu paling baik belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien.  Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor  diantaranya:

  1. Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur,  dsb. Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.  

  2. Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.

  3. Preferensi gaya belajar.
    Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru.  Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:

    1. visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer ); 

    2. auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat  saat berdiskusi, mendengarkan musik); 

    3. kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).

  4. Preferensi berdasarkan kecerdasan  majemuk (multiple  intelligences): visual-spasial, musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika. 

Mendapatkan informasi tentang kebutuhan belajar murid, tidak selalu harus melibatkan sebuah kegiatan yang rumit. Guru yang memperhatikan dengan seksama hasil penilaian formatif, perilaku murid, refleksi murid, dan terbiasa mendengarkan dengan baik murid-muridnya biasanya akan lebih mudah mengetahui kebutuhan belajar murid-muridnya.  Membuat catatan tentang profil murid juga akan sangat membantu guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan kebutuhan murid-muridnya.

C. Kaitan antar materi dalam Modul 2.1 dengan modul lain di Program Pendidikan  Guru Penggerak

Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi ini sesuai dengan Modul 1.1 tentang Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa pendidikan harus menuntun anak untuk mencapai kodrat dan setiap anak memiliki keunikannya sendiri serta berkembang sesuai dengan potensi dan minatnya masing-masing. Guru bertindak sebagai pamong agar anak tidak kehilangan arah dan mencapai kebahagiaan serta keselamatan setinggi-tingginya.

Pembelajaran berdiferensiasi ini sangat mendukung upaya guru dalam usaha memenuhi kebutuhan belajar murid yang beragam dan dalam prosesnya selalu berorientasi pada keberpihakan kepada murid.

Kaitan dengan Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak, dalam memetakan kebutuhan belajar murid dibutuhkan guru yang memiliki nilai-nilai reflektif terhadap proses pembelajaran yang sudah dilakukan bersama murid. Guru juga harus inovatif dalam membuat media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid dan harus mampu berkolaborasi dengan murid, sesama guru, dan orang tua murid untuk mendapatkan informasi tentang karakter belajar murid.

Dalam modul 1.3 guru penggerak memiliki visi untuk melakukan perubahan positif dalam pembelajaran yang berpihak pada murid dengan memperhatikan kebutuhan belajar murid (pembelajaran berdiferensiasi) dengan strategi pendekatan IA, menggunakan tahapan BAGJA, yaitu :

  • Buat pertanyaan terkait pemetaan kebutuhan belajar siswa.

  • Ambil pelajaran dari apa yang sudah pernah dilakukan.

  • Gali mimpi tentang kondisi ideal yang akan terjadi dalam proses pembelajaran.

  • Jabarkan rencana melalui 3 strategi pembelajaran berdiferensiasi.

  • Atur eksekusi dengan melakukan penilaian yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.

Pembelajaran berdiferensiasi akan dapat dilakukan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan, jika didukung dengan lingkungan yang menerapkan budaya positif di sekolah. Guru memiliki peran penting dalam membentuk atmosfer lingkungan yang positif. Lingkungan yang positif akan terwujud karena adanya budaya positif yang lahir dari disiplin internal dalam komunitas belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun