Siapa saja yang bisa mencegah terjadinya bunuh diri pada remaja?
Dalam hal ini saya berpendapat semua orang harus terlibat yaitu orang tua, masyarakat umum/ dukungan social dan teman sebaya. Dukungan sosial berperan terhadap kemunculan ide bunuh diri seseorang. Ide bunuh diri muncul menurut penelitian-penelitian tersebut akibat kondisi seseorang seperti depresi. Pada kondisi seperti depresi ini seseorang memerlukan dukungan secara sosial dari keluarga, teman dan significant other.Â
Dalam hubungan sosial masa remaja sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya, mereka menganggap bahwa tempat untuk berbagi yang paling tepat dan sumber kekuatan adalah teman sebayanya. Orang yang mampu meredam persoalan saat sedang bingung dengan identitasnya adalah teman sebaya.
Siapa yang mampu meredam remaja yang sedang bingung dengan identitas mereka? Eric H. Ericson menunjuk Teman Sebaya. Kekuatan yang mereka dapatkan berasal dari teman sebaya, teman main, ngumpul, gosip atau curhat.Â
Mereka menghadapi masalah bersama teman sebaya. Mereka lebih sering berkomunikasi dengan teman mereka ketimbang orang tuanya. Mereka lebih percaya pada temannya untuk menceritakan masalah-masalah yang paling rahasia sekalipun. Ketika mereka hilang dari rumah, percaya saja, teman dekatnya akan mengetahui kemana ia pergi.
Mekanisme koping seorang remaja masih sangat labil, oleh karena itu ketika mereka datang dengan keluhan bahwa "saya sedang stress" sebagai seorang pendengar tidak menghakimi kembali atau malah tertawa.Â
Seseorang yang mengalami stres bukan untuk dihardik apalagi semakin dikasari, maka semakin mereka tidak punya kekuatan untuk bisa bertahan,orang tersebut akan merasakan bahwa dia sudah tidak punya pilihan lain selain kaan mengakhiri hidupnya.
Oleh karena itu sudah saatnya remaja harus diberikan informasi tentang perilaku bunuh diri khususnya bagaimana kita bisa mencegah ketika ada teman yang ingin melakukan bunuh diri.Â
Perlu juga ditanamkan keimanan yang kuat pada remaja dengan menempatkannya pada keluarga yang harmonis, keteladaan orang tua, keterbukaan serta kematangan psikologi orang tua pada dinamika perubahan anak, dan mendekatkan diri dengan Tuhan melalui Ibadah. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H