Perilaku milenial yang menyukai hal-hal instan dan mudah membuat milenial tak berpikir kritis dalam mengambil keputusan, terutama dalam hal finansial. Keinginan untuk cepat kaya dan sukses di usia muda tanpa literasi finansial yang mumpuni membuat banyak milenial terjerumus dalam perilaku keuangan yang buruk, salah satunya terjebak investasi bodong.
Sebenarnya, apa sih literasi finansial itu? Literasi finansial merupakan pemahaman yang komprehensif serta mendalam tentang pengelolaan keuangan personal sehingga mempengaruhi keputusan keuangan yang diambil. Komprehensif artinya wawasan luas dan dapat dipahami dengan baik dan menyeluruh. Artinya pemahaman keuangannya gak boleh setengah-setengah, harus detail dan menyeluruh.
Bagaimana cara agar milenial melek finansial?
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan literasi finansial masyarakat Indonesia. Pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan meluncurkan program AKSIMUDA untuk mengedukasi generasi muda terkait literasi finansial.Â
Beberapa program AKSIMUDA adalah aksi menabung, investasi melalui Simpanan Mahasiswa dan Pemuda (Simuda), dan lain-lain. OJK juga gencar roadshow ke kampus-kampus untuk memberikan sosialisasi dan pemahaman keuangan kepada mahasiswa.
Akan tetapi, program ini masih bersifat insidental dan belum mampu menjangkau seluruh milenial yang tersebar di Indonesia. Maka diperlukan kurikulum pendidikan keuangan yang komprehensif agar masyarakat Indonesia dapat terliterasi dengan baik. Pendidikan keuangan ini dapat dimulai sejak dini dan dimasukkan ke kurikulum sekolah untuk hasil yang maksimal.
Namun, dibutuhkan juga kerjasama kita semua agar generasi milenial melek literasi finansial. Apa yang bisa kita lakukan?
- Pertama, kita harus rajin membaca. Tak dapat dipungkiri, literasi tanpa membaca sama dengan omong kosong. Di era digitalisasi informasi ini kita bisa mengakses berbagai informasi ekonomi dari website dan sosial media. Tapi, bacanya harus dari sumber yang terpercaya ya. Kita juga bisa mengikuti seminar atau webinar ekonomi yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia atau lembaga keuangan lainnya untuk meningkatkan pemahaman keuangan kita.
- Kedua, berpikir kritis. Sebelum memutuskan menggunakan produk keuangan atau berinvestasi kita harus memahami apa kebutuhan dan tujuan keuangan kita sehingga kita bisa menggunakan produk atau investasi yang sesuai kebutuhan. Jangan gampang tergoda dengan return yang tinggi tanpa memperhatikan resikonya.
- Ketiga, rajin reshare informasi yang kita baca ke sosial media agar teman-teman kita yang lain bisa membacanya.
Hal sederhana diatas dapat membantu diri sendiri dan generasi milenial di sekitar kita terliterasi. Kalau kita bekerja sama bayangkan berapa banyak generasi milenial di seluruh Indonesia menjadi  melek literasi finansial.
Generasi milenial yang melek literasi finansial akan turut membantu pembangunan Indonesia salah satunya dengan ikut serta dalam Creative Financing yang dilakukan pemerintah. Creative Financing adalah cara menghasilkan dana pembangunan dengan memanfaatkan sumber pendanaan baru diluar utang, salah satunya investasi.
Beberapa tahun belakangan, Indonesia mulai menerbitkan  Surat Berharga Negara (SBN) sebagai cara untuk membiayai pembangunan nasional. Akhir Agustus 2020 kemarin, pemerintah meluncurkan surat berharga syariah untuk ritel yaitu Sukuk Ritel seri SR013. Investasi berbasis syariah ini digunakan untuk membiayai pembangunan nasional yang dananya berasal dari masyarakat.Â
Untuk kita generasi milenial, bisa mencoba berinvestasi ke instrumen ini karena resikonya yang rendah (low risk) juga sebagai bentuk kontribusi kita terhadap pembangunan negeri. Karena ini untuk kita.