Mohon tunggu...
Maria Magnificatia Siregar
Maria Magnificatia Siregar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Selamat membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Gereja Online Menjadi Budaya Baru?

24 Maret 2021   20:37 Diperbarui: 26 Maret 2021   10:24 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di masa pandemi ini mengharuskan kita untuk mengubah semua sistem kegiatan yang awalnya offline atau tatap muka dan sekarang semua kegiatan harus diganti dengan sistem online. Peraturan yang mengatur segala kegiatan mengharuskan kita untuk menggantinya dengan sistem online, pada awalnya tidak dapat diterima oleh masyarakat dan tidak sedikit juga terdapat langgaran-langgaran yang dilakukan masyarakat pada kebijakan tersebut.  

Termasuk dalam kegiatan peribadahan, yang harus diganti dengan sistem online. Seperti di agama saya, ibadah dilakukan melalui siaran langsung di youtube  atau TV yang diselenggarakan oleh paroki daerah gereja saya setiap minggunya, ada juga yang beberapa pertemuan gereja yang dilakukan melalui platfrom yang banyak membantu kegiatan aktivitas masyarakat seperti zoom, google meets, Ms Teams, dan lainnya. Memang selama kegiatan ibadah tidak jarang kami mengalami kendala terlebih di dalam jaringan, dan kebetulan rumah saya jugalah berada pada daerah yang susah mendapatkan sinyal yang kuat. Dan kami tidak dapat menerima hosti secara fisik, dan hanya melewati doa hal ini membuat orang-orang lebih mengelukan terhadap kebijakan ini.

Pada awalnya umat gereja pun sangat mengeluhkan dalam kebijakan ini, terlebih orang-orang yang sudah tua karena keterbatasan mereka dalam menggunakan dan mengakses aplikasi-aplikasi yang digunakan pada saat ini.  Menurut Saraswati dalam VOA (2020), menjelaskan bahwa gereja tampak sepi dan lengang padahal ini saat ini sudah mau mendekati masa Tri Hari Suci Paskah bagi orang katolik. Dan beberapa gereja pun sudah dibuka namun harus mengikuti protokol Covid-19 yang ketat, juga ada larangan-larangan yang juga ketat. Di US terdapat beberapa Gereja yang mengganti sistem ibadahnya dengan drive thru dalam proses pengakuan dosa selama Prapasakah ini, hal ini diupayakan agar masyarakat di US tetap menjaga jarak. Dan di Indonesia sendiri salah satu Gereja di Jakarta, mereka tetap mengadakan perayaan Prapaskah ini melalui sistem online. 

Sementara di Gereja saya sendiri, sudah menerapkan Gereja atau ibadah dengan sistem offline. Tetapi tetap mengindahkan aturan protokol yang ketat, seperti yang boleh mengikuti proses ibadah hanya umur-umur tertentu (hanya umur produktif, orang tua diatas 50 tahun tidak boleh mengikuti ibadah online ini). Dari pengalaman saya dan artikel yang sangat cocok dengan penjelasan dari Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi.

Menurut Selo Soermardjan dan Soelaeman Soemardi (dalam Rosana, 2011) menjelaskan bahwa perubahan sosial diartikan sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima, perubahan yang dimaksud bisa dalam kondisi geografis, kebudayan material, komposisi penduduk , ideologi, dan karena adanaya sebuah difusi baru dalam masyarakat tersebut.

Perubahan sosial ini sangat cocok untuk menjelaskan kondisi saat ini terutama di bidang ibadah, dampak dari perubahan ini pun sangat terlihat. Beberapa orang yang semula akrab, sekarang menjadi canggung setelah lama tidak bertemu karena bergantinya sistem ibadah dengan sistem online. Dan kegiatan di Gereja seperti rapat-rapat program kerja setiap bulannya dan seperti acara seperti pelajaran penerimaan Komuni Pertama dan Krisma Walaupun awal-awal tidak diterima masyarakat, tetapi seirng berjalannya waktu masyarakat pun mulai menyesuaikan dan menerima dengan sistem ibadah ini. Dan walaupun masih sangat susah untuk dilakukan beberapa orang karena keterbatasan beberapa orang dalam menggunakan platfrom-platform dan keterbatasan dalam kelancaran sinyal. Tetapi mereka tetap menjalani dengan suka hati, dan  tetap khusuk dalam menjalankan ibadah dan acara-acara tersebut.

Seperti itulah hambatan yang memicu dalam perubahan sosial yang terjadi dalam masa pandemi ini. Semoga kita semua sehat selalu ya !

Daftar Pustaka:

Sariwati Puspita. 2020. Beribadah Tanpa ke Gereja di tengah Pandemi Covid-19. diakses pada tanggal 24 Maret 2020 dari https://www.voaindonesia.com/a/beribadah-tanpa-ke-gereja-di-tengah-pandemi-covid-19/5366688.html

Rosana, E. (2011). Modernisasi dan Perubahan Sosial. Jurnal TAPIs, 7(12), 31-47. Diakses dari http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/TAPIs/article/view/1529/1269.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun