Seorang teman membagikan artikel yang menarik di lini masanya, artikel yang mungkin menjadi jawaban atas kegalauan para orangtua yang anak tidak dapat masuk ke sekolah favorit akibat rumahnya jauh dari lokasi sekolah. Â
Artikel tersebut berisi pengalaman penulis (penulis artikelnya, bukan saya) mempersiapkan ujian SAT-nya (SAT : ujian standar untuk masuk perguruan tinggi di Amerika Serikat) seperti anak orang kaya. Penulis adalah anak orang biasa dari wilayah yang terbelakang secara pendidikan dibandingkan daerah di Amerika lainnya. Karena suatu hal, dia dapat mengikuti 1 les persiapan SAT bersama anak-anak orang kaya dari daerah yang pendidikannya maju.
Begitu mengikuti les tersebut, ia menyadari satu hal yang sangat berbeda dengan kondisi masyarakat di daerah asalnya: anak-anak kaum elit tersebut mempersiapkan SAT-nya dengan semangat dan disiplin yang sangat tinggi. Bukan hanya ujian SAT yang dipersiapkan namun juga ujian pre-SAT-nya. Anak-anak elit ini melewatkan musim panas mereka untuk mengikuti sekolah musim panas dan akhir pekannya untuk belajar. Berbeda 180 derajat dengan kondisi di wilayah asli si penulis, di mana orang melewati musim panas untuk bermain dan lulus ujian SAT dianggap sebagai keberuntungan.
Setelah mengetahui apa yang membuat anak-anak kaum elit "mudah" masuk ke kampus unggulan, penulis artikel tersebut mengubah pendekatannya dalam rangka "menaklukkan" SAT. Ia memang tidak mampu membayar kursus akhir pekan seharga ribuan dollar namun ia dapat mengunjungi perpustakaan kotanya secara gratis untuk menemukan buku-buku persiapan SAT. Ia pun menemukan kursus gratis persiapan SAT akhir pekan dan pergi bolak-balik satu jam tiap kalinya untuk mengikuti kursus tersebut. Usahanya berakhir manis, dia diterima di Universitas Michigan.
Apa hubungannya dengan sistem zonasi? Mungkin banyak diantara Anda yang mempertanyakan hal tersebut. Begini lho Pak, Â Bu ...
Zonasi sedikit banyak "mempersulit" anak-anak dengan nilai UN tinggi untuk masuk ke sekolah "favorit" yang letaknya jauh dari rumah. Anak-anak diplotkan untuk sekolah di sekolah negeri yang terdekat dari rumah. Walaupun ada pengecualian, yaitu anak-anak dengan nilai UN sangat tinggi atau memiliki prestasi non akademis.
"Bagaimana nanti kalau anak-anak jadi sulit masuk perguruan tinggi negeri kalau sekolahnya di sekolah yang biasa-biasa saja di dekat rumah?" (Saya mengacu pada hasil akhir pasca SMA bukan pasca SMP sebab untuk penerimaan perguruan tinggi negeri tidak menggunakan zonasi lagi).
Pendekatan yang dilakukan penulis artikel tadi dapat dilakukan untuk menjawab kegelisahan para orangtua. Hal yang membedakan kaum elit dan kaum biasa adalah usaha yang dilakukan dalam rangka mencapai sesuatu. Anak-anak elit di sekolah unggulan mempersiapkan ujian SBMPTN-nya begitu masuk SMA. Mereka tahu persis jurusan apa yang mereka incar dan di kampus mana, mempelajari berapa passing grade yang diperlukan dan mempersiapkan diri sedini mungkin. Hal ini sama dengan yang ditulis penulis artikel tadi untuk anak-anak kaum elit di Amerika Serikat dalam mempersiapkan ujian SAT-nya.
"Kok tahu?" Ya tahu lah, kan saya dulu sempat masuk di kelas unggulan-nya SMA unggulan. Bayangkan betapa kagetnya saya yang dari kota kecil ketika baru masuk SMA kelas 1 (sekarang kelas 10) di sebuah sekolah unggulan (dan kebetulan salah satu dari 2 kelas unggulan dari 10 kelas yang ada) melihat teman-teman sekelas sudah sibuk les persiapan SPMB (sekarang SBMPTN) dan latihan mandiri dari buku soal 1000 pena sebagai persiapan ujian masuk universitas. Ujiannya tiga tahun lagi woy ... Atmosfer kelas tersebut sungguh sangat kompetitif. Melelahkan. Untung di kelas 2 sudah tidak ada lagi "kelas unggulan" (atau ada tapi saya nggak masuk ya? Hehe ...) sehingga masa-masa SMA bisa lebih dinikmati.
Tetapkan target mau sekolah di mana, cari tahu apa yang disyaratkan untuk diterima di tempat tersebut, dan persiapkan diri sebaik-baiknya agar menjadi kandidat sempurna untuk masuk perguruan tinggi negeri yang diincar. Makin dini persiapan dilakukan, makin besar kesempatan yang diperoleh. Persiapan ini dapat dilakukan oleh siapapun meskipun sekolah di "sekolah biasa samping rumah". Terkendala masalah buku? Banyak buku pelajaran yang bisa diakses gratis di www.bukusekolahdigital.com, ada juga di Ipusnas (ini memang aplikasi favorit saya). Semangat, karena diterima masuk PTN itu bukan untung-untungan namun diraih.