Mohon tunggu...
Maria Kristi
Maria Kristi Mohon Tunggu... Dokter - .

Ibu 4 anak yang suka membaca dan menulis. Bekerja sebagai dokter spesialis anak di RS Kartini Bandung dan interactive medical advisor di Alodokter.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tentang Resolusi Tahun Baru

31 Desember 2018   10:26 Diperbarui: 31 Desember 2018   10:46 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yeay, tahun baru akan segera tiba. Apa resolusi tahun barumu?

Kalau saya yang mendapat pertanyaan itu, jawabannya adalah "tidak ada". Ya, sejak dua tahun lalu saya memutuskan untuk tidak lagi membuat resolusi tahun baru dan memilih untuk menjalani tiap harinya secara sadar (baca artikelnya di sini). Apakah berhasil? Cukup berhasil. Setidaknya ada beberapa kemajuan yang saya raih dibandingkan ketika saya sibuk dengan resolusi tahun baru ini dan itu. Saya rasa pergantian tahun tanpa resolusi tahun baru cukup berhasil untuk saya.

Jadi, resolusi tahun baru tidak berguna?

Saya tidak mengatakan kalau resolusi tahun baru tidak berguna lho. Bahkan berdasarkan salah satu penelitian yang dimuat di the Journal of Clinical Psychology menulis resolusi tahun baru membuat orang 10 kali lebih mungkin mengubah kebiasaan mereka dibandingkan orang yang tidak membuat resolusi tahunan tersebut. Terdengar menarik bukan?

"Orang yang membuat resolusi tahun baru memiliki peluang 10 kali lebih besar untuk mengubah kebiasaannya dibandingkan yang tidak membuat resolusi tahun baru" (The journal of Clinical Psychology)

Lalu mengapa harus dibuat di awal tahun?

Sebenarnya pembuatan resolusi tidak harus di awal tahun, tapi ada perasaan "memulai sesuatu yang baru" ketika mencanangkan sesuatu di awal tahun. Sama seperti diet yang rasanya lebih menyenangkan jika dimulai di hari Senin (Senin depan?) Permasalahannya adalah seiring dengan berjalannya waktu, kita cenderung bosan dan akhirnya tidak lagi bersemangat mengikuti resolusi tahun baru yang telah dibuat. Akhirnya resolusi tahun baru itu hanya bertahan satu bulan atau bahkan satu-dua minggu.

Bagaimana cara membuat resolusi tahun baru yang berhasil?

Tentukan target yang realistik dan spesifik

Realistik berarti dapat dicapai. Target yang realistis membuat kita yakin bahwa kita dapat mencapainya. Hal itu akan membuat kita bersemangat mencapai target tersebut. Target yang tidak realistis membuat kita pun tidak percaya bahwa kita dapat mencapainya. Jangan membohongi diri sendiri dengan target yang tidak dapat dicapai.

Spesifik berarti jelas. Gambarkan dengan jelas apa yang menjadi tujuan di tahun yang akan datang. Misalnya kita ingin menurunkan berat badan, maka alih-alih menulis "ingin menurunkan berat badan" atau "menjadi langsing", akan lebih baik jika diubah menjadi "menurunkan berat badan 6 kg dari berat saat ini di akhir bulan Juni tahun depan".

Buat hanya satu resolusi tahun baru

Meskipun kita tergoda untuk membuat daftar panjang rencana pengembangan diri sebagai resolusi tahun baru, sebaiknya kita memilih satu saja sebagai resolusi tahun baru kita. Richard Wiseman, profesor psikologi dari Hertfordshire University berpendapat bahwa memiliki hanya satu resolusi tahun baru meningkatkan kemungkinan terwujudnya resolusi tahun baru itu. Mengapa demikian? Sebab tenaga yang kita miliki dapat dipusatkan untuk mewujudkan satu tujuan tersebut, bukannya ambyar (seperti nasi padang dibungkus lepas karetnya) karena harus mengerjakan ini dan itu.

Satu keberhasilan kecil saja dapat meningkatkan kepercayaan diri kita.

Jangan menunggu sampai detik-detik terakhir

Ini nih salah satu kebiasaan buruk saya. Menunggu sampai detik-detik terakhir, sampai dekat deadline. Ibaratnya kalau targetnya menurunkan berat badan 6 kg di akhir Juni, ya saya baru mulai diet dan olahraga tanggal 1 Juni. (Plak)

Untuk mencegah hal itu terjadi (menunggu sampai detik-detik terakhir), diperlukan perencanaan yang matang. Kita semua tahu bahwa perencanaan merupakan hal yang tidak terpisahkan untuk mencapai tujuan apapun. Para ahli menyarankan bahwa kita harus menyisihkan beberapa waktu untuk merencanakan bagaimana perubahan perilaku yang cukup besar itu dilakukan (misalnya dari yang malas olahraga jadi suka olahraga).

Tulis apa yang akan dilakukan. 

Memiliki rencana yang detil akan mempermudah kita menjalaninya.

Seberapa pentingnya perencanaan ini? Penting sekali, sebab jika bekerja tanpa perencanaan kita akan mudah sekali menyerah ketika menemukan kesulitan maupun hambatan.

Mulailah dari hal-hal yang kecil

Jangan berlebihan di awal. Mentang-mentang ingin kurus lalu diet 1200 kcal per hari, pergi ke pusat kebugaran 5 kali seminggu, ditambah berenang 3 kali seminggu. Kurus enggak, sakit iya. Mulai dari hal-hal kecil. Sedikit demi sedikit lalu ditingkatkan secara bertahap. Jika awalnya tidak pernah berolahraga ya mulai dulu dengan 15 menit jalan kaki per hari 3 kali seminggu, setelah kuat baru sedikit demi sedikit ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya.

Fokus pada hal-hal kecil yang mendukung pencapaian target adalah kunci tercapainya resolusi tahun baru kita.

Jangan mengulangi kesalahan di masa lalu

Caranya dengan tidak membuat resolusi yang sama dengan tahun lalu, apalagi kalau resolusinya adalah melanjutkan resolusi tahun lalu yang tidak tercapai. Jangan. Jika kita pernah mencoba sesuatu dan gagal, otak kita menganggap kita tidak akan mampu melakukannya lagi. Paling tidak itu yang dikatakan oleh Prof Wiseman tadi.

Artikel ini pertama tayang di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun