Tapi pengertian bahwa "ASI yang sudah disimpan tidak cocok lagi diberikan pada bayi karena harus saidek saenyet (saat itu juga dilakukan / diberikan)" ini yang entah datangnya dari mana. Bisa penulis blog-nya yang salah menuliskan atau pemahaman ibu ini yang salah. Entahlah.
Saya pun pernah merasa frustasi ketika mulai memberikan MP-ASI untuk anak pertama saya. Seperti ibu-ibu kekinian lainnya, saya mencari resep MP-ASI di cookpad. Tahu kan? Aplikasi tukar-tukaran resep. Betapa kecewanya saya membaca kebanyakan resep itu hanya berupa buah yang dihancurkan. Yang terbaca adalah: puree labu kuning, puree apel, dan puree puree lainnya. Sesuatu banget.Â
Ada juga yang menyatakan bahwa puree artinya adalah pure (itu thok), padahal puree itu kan artinya kurang-lebih sama dengan bubur. Lha kalau bayi hanya diberi MP-ASI berupa buah yang isinya karbohidrat dan serat thok, bagaimana dia mau tumbuh? Lha wong syarat MP-ASI itu padat gizi kok dan minimal 20% energinya berasal dari lemak.
Di sini saya mulai merasa sedih, juga sedikit merasa bersalah. Kalau orang-orang yang sudah belajar "Ilmu yang bener" mau berbagi sedikiiit ... saja dari ilmunya, mungkin banyak ibu (dan orang lainnya) yang tidak tersesat.Â
Kalau dokter mau berbagi tentang preventive medicine, mungkin banyak penyakit yang bisa dihindarkan (dan dana BPJS tidak minus terus). Kalau banyak ahli ekonomi mau berbagi tentang pengertian investasi, mungkin banyak orang yang tidak tertipu investasi bodong. Dan sebagainya dan sebagainya.
Sudah, sekian dulu "curhat" dari saya. Semoga ke depannya saya bisa mempersembahkan artikel-artikel yang lebih informatif dan bermanfaat bagi khalayak ramai. Semoga Kompasianer lainnya pun demikian. Semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H