Mohon tunggu...
Maria Kristi
Maria Kristi Mohon Tunggu... Dokter - .

Ibu empat orang anak yang menggunakan Kompasiana untuk belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengakuan Seorang Plagiator

8 Maret 2018   13:47 Diperbarui: 8 Maret 2018   14:03 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Iloveromanceblog

Aku seorang plagiator. Aku tahu itu. Bukan hanya sekadar plagiator tapi yang ahli di kelasnya.

Orang-orang mengenalku sebagai penulis ulung. Aku bisa menulis hampir semuanya dengan indah. Sebut saja: politik, olahraga, sains, kesehatan, sampai sastra, semua pernah kutampilkan di media sosialku.

"Dia sungguh mengagumkan."

"Berbakat."

"Mungkin ia bisa menang penghargaan."

Komentar-komentar yang sungguh mendukungku. Tulus memujiku. 

Aku suka membaca. Itu kuncinya. Aku sangat suka membaca. Aku pembaca yang cepat, Bahasa Inggrisnya avid reader,kalau tidak salah.

Karya fiksi? The Da Vinci Codeyang setebal bantal habis kubaca dalam 4 jam saja, jam 8 malam sampai tengah malam. Karya lain yang kusuka? Hm.. bagaimana  kalau Eat, Pray, Love ? Yang versi novel lho bukan film-nya. 

Buku spiritual? Seri si Cacing dan Kotoran Kesukaannya sampai The Secret habis kubaca. Bukan hanya satu kali tapi berulangkali. Entah mengapa itu tidak mampu mengubah kebiasaanku. Kebiasaan yang telah kukerjakan beberapa tahun terakhir. 

Karya lainnya? Banyak.. terlalu banyak yang sudah kubaca sampai tidak cukup artikel  sepanjang sepuluh ribu kata untuk menuliskannya. 

Mereka inspirasiku.

Mereka idolaku.

Mereka, para penulis itu.

Maka aku pun ingin menjadi seperti mereka. 

Aku pernah membaca, entah di mana, kita belajar dengan meniru. Maka aku meniru apa yang telah kubaca. 

Kuambil buku A dan kugabungkan dengan B. 

Kuambil pendapat A dan kupertentangkan dengan B.

Sempurna. Semua menjadi milikku sendiri. 

Awalnya aku hanya menuliskannya di Facebook, lalu Kompasiana, Wattpad, dan sebagainya.

Hasilnya?

Namaku dikenal. 

"Sosok muda berbakat!"

Permintaan pertemananku membludak sampai melebihi 5.000 orang. 

Undangan-undangan untuk menjadi pembicara kuterima. Bukan hanya level mahasiswa tapi lebih dari itu. Sayang  aku belum sampai diundang Presiden tapi tak apalah.

Novelku dipinang penerbit besar dan lolos menjadi bestseller. Seorang sutradara bahkan menawariku agar menjadikan novelku film.

Penggemar mengular menemuiku. Tandatanganku jadi bernilai dan diburu.

Kekayaan dan ketenaran.

Kekayaan dan ketenaran dan kejayaan.

Jika semua terus berjalan seperti ini aku bisa memiliki karier besar. Namaku disejajarkan dengan JK Rowling dan Enid Blyton.

Tapi tidak.

Aku lelah.

Aku lelah dengan segala kebohongan ini.

Aku lelah atas segalanya. 

Aku lelah mengakui karya oranglain sebagai milikku dengan tameng "terinspirasi" seperti yang kulakukan ketika beberapa dari mereka menuntutku. 

Aku lelah.

Karenanya aku berhenti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun